02.05 -
*Dosa*
Belajar dari Haman
Dalam hidup ini kita harus hati-hati. Karena ada begitu banyak orang yang
dipakai Tuhan secara luar biasa (dibukakan hikmat/pengertiannya) tapi
akhirnya dia jatuh karena dia tidak ingin dengar apa yang Tuhan ingin
sampaikan dan apa yang kebenaran katakan. Ketika firman kebenaran
disampaikan dia menjadi sadar tetapi semuanya sudah terlambat.
Marilah kita belajar dari Haman (Est 5:9 - 6:14)
Ketika melihat
Mordekhai tidak menghormatinya, hati
Haman yang semula riang gembira menjadi panas.
Hal itu diceritakan kepada sahabat-sahabatnya dan Zeresh, istrinya:
“Betapa besarnya kekayaannya, banyaknya anaknya laki-laki, dan segala kebesaran
yang diberikan raja kepadanya serta kenaikan pangkatnya di atas para pembesar
dan pegawai raja. ... Tetapi semuanya itu tidak berguna
bagiku, selama aku masih melihat si Mordekhai duduk di
pintu gerbang istana raja.”
Istri dan sahabat-sahabat Haman berkata: “Suruh orang membuat tiang ...
supaya Mordekhai disulakan orang pada tiang itu; kemudian engkau dapatlah
engkau bersukacita.”
» Haman ingin mendengar
apa yang ingin dia dengar, dia tidak ingin dengar kebenaraan. Dia dikelilingi oleh
orang-orang penjilat/ABS (Asal Bapak Senang).
Sebagian besar orang yang konseling, cuma mau curhat, dia
sudah tahu apa yang harus dilakukannya. Tetapi dia butuh pendapat
orang lain, siapa tahu ada yang cocok dengan apa yang dia
pikirkan/bayangkan adalah benar, hanya minta klarifikasi dari pada
mencari kebenaran.
Haman menceritakan kepada Zeresh, istrinya dan kepada sahabat-sahabatnya
apa yang dialaminya. Maka kata para orang arif bijaksana dan Zeresh, istrinya,
kepadanya: “Jikalau Mordekhai, yang di depannya engkau sudah mulai jatuh, maka
engkau tidak akan sanggup melawan dia, malahan engkau akan jatuh benar-benar di
depannya.”
» Istri Haman adalah orang yang mengalir ke mana angin
bertiup. Ketika semuanya mendukung Haman, dia juga menyarankankan
kematian bagi Mordekhai.
Ketika tahu Haman jatuh, dia ikut bicara dengan orang yang memberi nasehat
seperti dia juga arif bijaksana.
Aku akan menghakimi engkau selaras dengan tingkah lakumu (Yeh 7:3).
Kalau hidup kita dikelilingi oleh orang-orang yang suka meng-ia-kan setiap
perkataan kita, sepertinya baik/membela kita, tapi sebenarnya mereka
tidak mengasihi kita.
Karena mereka tidak berani ambil resiko/bayar harga untuk sebuah kebenaran.
Inilah faktor kejatuhan dari semua manusia terutama pemimpin.
Sorak-sorai orang fasik hanya sebentar
saja dan sukacita orang durhaka hanya sekejap
mata. Sesungguhnya, ia tidak mengenal ketenangan dalam
batinnya. Dalam kemewahannya yang berlimpah-limpah ia penuh kuatir (Ayb 20:5, 20, 22)
Yang dapat dipelajari dari sikap Haman, sehingga di dalam menjalani
kehidupan ini kita tidak seperti dia.
1. Janganlah ceroboh dalam menyelesaikan persoalan, ketika hati kita
terganggu oleh sikap sesama kita.
Misalnya: Pada waktu makan, baju kita ketumpahan kecap. Reaksi kita pasti
ingin membersihkan baju yang kena kecap itu.
Reaksi itu dan cara kita membersihkan baju kita saat itu menentukan apakah baju itu
kelak layak pakai atau tidak, kalau caranya salah maka hasilnya jelek.
2. Kedagingan dan emosilah, yang menyebabkan pendengaran kita tidak sempurna.