Pages

Senin, 29 Februari 2016

Allah terlihat kejam di Perjanjian Lama?

Mengapa gambaran Allah dalam Perjanjian Lama (PL), terlihat ‘kejam’ dan kurang ‘cinta kasih’?

Gereja Katolik mengajarkan agar kita membaca PL dalam terang PB, sebab PL merupakan gambaran tersembunyi yang disingkapkan dalam PB (lihat KGK 129). Maka kisah PL baru diperoleh makna lengkapnya jika dikaitkan dengan PB.

Dalam kisah perang dalam PL, misalnya saja pada kisah bagaimana Allah memerintahkan bangsa Israel untuk berperang dengan bangsa Kanaan, sebelum mereka dapat masuk ke Tanah Perjanjian (seperti diceritakan dalam Kitab Yosua), maka kita melihatnya demikian:

1. Pertama-tama, perlu kita terima bahwa penentuan hidup dan mati manusia adalah hak Tuhan. Tuhan yang memberi hidup, dan Tuhan pula yang mengambilnya jika saatnya tiba. Maka jika Tuhan mengambil jiwa seseorang, itu sepenuhnya adalah hak Tuhan.

Di PL, jika Allah menyuruh bangsa Israel berperang, yang akhirnya melibatkan kematian banyak orang, itu harus dilihat bahwa bukan berarti manusia boleh membunuh, namun harus dilihat bahwa kebijaksanaan/keadilan Tuhan menentukan demikian. 

Manusia atas kehendak sendiri tidak boleh membunuh (baik membunuh diri sendiri atau orang lain) justru karena urusan hidup dan mati itu adalah hak Tuhan dan bukan hak manusia.

Sedangkan bagi Tuhan, karena Ia yang menjadi sumber dan empunya kehidupan manusia, maka Dia berhak menentukan hidup dan mati kita sesuai dengan kebijaksanaan/ keadilan-Nya.

Dalam konteks PL, maka segala kejadian peperangan maupun cobaan yang dihadapi umat Israel adalah bagian dari rencana Allah dalam rangka mempersiapkan umat-Nya untuk menerima nilai-nilai kebajikan yang nantinya akan digenapi dalam diri Kristus.

2. Keadilan Tuhan dinyatakan dalam PL paling nyata dalam hukuman terhadap manusia yang menduakan Tuhan, yaitu karena manusia menyembah berhala, yang artinya mempunyai allah lain selain Allah.

Maka di sepanjang PL kita melihat bagaimana langkah Tuhan men-disiplinkan bangsa pilihan-Nya, Israel, agar mereka tidak jatuh ke dalam dosa ini.

Tuhan membela Israel dan mengalahkan bagi mereka para bangsa yang menyembah berhala, namun jika bangsa Israel menyembah berhala, maka Allah mengizinkan mereka kalah perang dan dikuasai oleh para bangsa lain.

Bangsa Israel diperintahkan untuk memerangi bangsa Kanaan, juga untuk mengajarkan kita bahwa Tanah Perjanjian yang melambangkan sorga tidak layak dihuni oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah, dan hidupnya tidak sesuai dengan perintah Tuhan.

Jadi disiplin yang keras dalam PL harus dilihat dalam kesatuan dengan PB, bagaikan layaknya orang tua yang mendidik anak-anak pada masa kecil, mereka diberi disiplin yang keras agar dapat membedakan yang baik dan yang jahat, sedangkan jika sudah dewasa maka cara disiplin yang sedemikian tidak lagi diperlukan setelah nilai-nilai yang baik sudah tertanam dalam hati.

Jangan kita lupa bahwa perintah yang terutama yaitu: kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama sudah diajarkan dalam PL (lihat Ul 6:5) sebelum kemudian dinyatakan kembali oleh Yesus (Mat 22:37-39; Mrk 12: 30-31; Luk 10:27). 

Dan pernyataan kasih setia Tuhan sangat banyak dalam seluruh kitab Mazmur (terutama Mzm 85-89, 119,136) dan kasih Tuhan sebagai penebus telah dinyatakan juga dalam PL (Yes 43:1-4). 

Dan kasih Tuhan inilah yang digenapi oleh Kristus dalam PB: kasih yang sempurna, hingga sampai pada titik mengorbankan diri-Nya demi menebus dosa-dosa kita manusia.

(Sumber: Allah terlihat kejam dalam Perjanjian Lama?, katolisitas.org).