Sebagai
seorang pencipta musik, ia memasang beberapa kawat di antara menara di kuilnya
dengan harapan kalau-kalau angin akan menggetarkan kawat-kawat itu sehingga
menghasilkan musik. Tetapi desiran angin sungai Rhein tidak menghasilkan suara
sedikit pun.
Pada
suatu malam, terjadilah badai hebat di lembah itu. Badai yang dahsyat menerpa
istana bangsawan itu. Bahkan gunung-gunung sekitar pun tampak terguncang.
Sang
bangsawan membuka tirai jendela untuk mengawasi perkembangan badai itu, dan
dalam keheranannya, ia mendengar alunan musik yang merdu.
Sekarang
kawat-kawat itu mendesing bagaikan petikan senar gitar. Kawat-kawat memerlukan
badai untuk menghasilkan musik yang merdu dan indah.
Tidakkah
demikian halnya yang terjadi dengan kita? Pada saat-saat menikmati kelimpahan
kekayaan, hanya sedikit keindahan rohani yang terlihat dalam diri kita.
Tetapi
ketika Allah mengizinkan adanya
pencobaan, Ia dapat membuat musik yag merdu dan indah keluar dari diri
kita; hal yang tidak pernah kita harapkan keluar dari badai cobaan.
Ya!
Milikilah sebuah kesadaran bahwa Tuhan tidak pernah memiliki maksud jahat
dengan mengizinkan badai dalam
kehidupan kita. Justru di sanalah akan
menghasilkan keindahan iman kita.
Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh dalam berbagai-bagai pencobaan, ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Supaya kamu menjadi sempurna dan utuh
dan tak kekurangan suatu apapun (Yak 1:2-4).
(Sumber:
Warta KPI TL No. 45/I/2008; Badai Cobaan. Cakrawala Agustus 2007).