Dalam menghadapi masalah kehidupan, seringkali kita tidak sabar menanti Tuhan bekerja (marah/kecewa/putus asa) seakan-akan semua pergumulan terkantung-kantung dan tidak jelas, menanti begitu lama (sudah berdoa, novena/membaca Kitab Suci/sudah ikut pelayanan) tetapi jawaban Tuhan tidak kunjung datang, lalu memakai akal budi sehingga masalah tidak selesai. Perjalanan rohani seperti mendaki gunung, setapak demi setapak.
Hal ini yang perlu diwaspadai. Karena banyak anak-anak Tuhan bangga sekali dengan teori-teori firman Tuhan, tetapi ketika mengalami sendiri begitu rapuh. Karena teori yang dikatakan dalam Alkitab tidak sesederhana dalam prakteknya. Jangan biarkan setan tertawa karena hati kita marah pada Tuhan.
Contoh: Elkana orang yang sangat setia dan tidak terkenal, menyembah Tuhan tanpa melihat orang. Hana hatinya gusar, karena Tuhan ... (1 Sam 1:1-11). Hati yang gusar karena masalah menunggu waktu.
Untuk segala sesuatu ada waktunya
Berjaga-jagalah dan waspada terhadap ...
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan
apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, yaitu
rancangan damai sejahtera
dan bukan rancangan kecelakaan
(Pkh 3; Mat 16:6; Yer 29:11)
Jika kita yang minta percepatan/tidak sabar menunggu waktu Tuhan, ada kompensasinya/ada harga yang dibayar.
Contoh: Kalau mata pencaharian kita diambil, maka ada kemungkinan kita lari dari Tuhan Yesus pergi ke Tuhan yang lain – ini permainan Iblis tingkat tinggi.
Jika Tuhan yang mau mempercepat, Tuhan yang bertanggung jawab.
Contoh: Dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus ... sebelum waktunya ... Maka setan-setan itu meminta pindah ke dalam kawanan babi. Maka terjunlah sekawanan babi dari tepi jurang ke dalam danau dan mati di dalam air. ... maka keluarlah seluruh kota mendapatkan Yesus dengan mendesak supaya Ia meninggalkan (Mat 8:28-34). Satu kota diizinkan mengalami kesusahan (pengusaha babi/nelayan bangkrut) - karena babi terjun ke danau melambangkan mata pencaharian (karena danau tercemar - babi haram).
Tuhan akan menjadi pembimbing kita
bahkan sampai pada kematian'
(Mzm 48:15 versi James King)
Dalam kenyataan sejarah gereja. Banyak orang-orang di bawa ke padang rumput yang hijau dengan air yang tenang, tetapi tidak sedikit orang-orang yang pada akhirnya hidupnya di bawa pada kematian untuk kemuliaan.
Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik;
orang yang tergesa-gesa akan salah langkah.
Kebodohan menyesatkan jalan orang,
lalu gusarlah hatinya terhadap Tuhan.
(Ams 19:1-3)
Kita perlu belajar Perjanjian Lama dan evaluasi/analisa “apa yang Tuhan lakukan di PL”. Pada PL “Roh Kudus ” hanya menyertai “Raja, Nabi, dan Imam”, sedang sejak Yesus kembali ke sorga semua orang yang sudah dibaptis disertai Roh Kudus. Jadi kita tidak perlu belajar mulai dari nol.
Tetapi ingatlah! Karena “cangkokan”, kita harus waspada pada saat berbuah lebat - akar tidak kuat – dapat tumbang. Maka dari itu kita harus hidup dalam komunitas yang saling menopang/menguatkan.
Marilah kita belajar pada tokoh Daud dan Ayub - anak kesayangan Tuhan - melakukan dosa, selalu bertobat dan dalam segala hal mendahulukan Tuhan (mempunyai kerendahan hati – mampu menutupi segala kekurangan kita).
Kesalahannya telah diampuni, ...menerima hukuman dari tangan Tuhan karena segala dosanya (Yes 40:2).
Daud : mengambil istri orang, lalu membunuh suaminya (2 Sam 11) – Aku akan mengambil istri-istrimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; anak haram tersebut akan mati (2 Sam 12).
Ayub : setiap kali, apabila hari-hari pesta anak-anaknya yang lelaki telah berlalu, Ayub mempersembahkan korban bakaran untuk silih atas dosa-dosanya (Ayb 1:4-5); Ayub takut anaknya masuk neraka (Ayb 3:25) - mengambil silih seperti ini adalah tindakan yang tidak benar, seharusnya anak dihajar.
Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita (kebajikan) ... dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman ... yang membawa kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita ... ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan ... supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa ... janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.
Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya ... menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya. ... berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan. Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang (Ibr 12:1-17).
(Sumber: Warta KPI TL No. 30/X/2006).