Dengan bekerja dan berkarya, Allah menginginkan agar seluruh kemanusiaan kita berkembang – tubuh, jiwa, dan roh termasuk di dalamnya kemampuan, bakat, kreatifitas dan kecerdasan.
Jika ada hal-hal yang diluar kemampuan manusia, maka Allah akan memberikan kemampuan ekstra yang disebut karunia-karunia roh.
Kita harus memandang pekerjaan sebagai suatu anugerah yang indah dari Tuhan, entahkah itu pekerjaan sekuler/pelayanan; kita harus mengerjakan pekerjaan yang telah dipercayakan kepada kita dengan baik, penuh tanggungjawab dan ucapan syukur.
Bekerja tidak dapat dilepaskan dan dipisahkan dari iman percaya kita kepada Tuhan Yesus – harus sesuai dengan hukum Kerajaan Allah, yaitu:
Melakukan pekerjaan yang berkenan kepada Tuhan.
Melakukan pekerjaan dengan kasih.
Mau bekerja sama dan saling tolong menolong.
Bekerja sambil dipimpin oleh Roh Kudus sehingga yang terlihat adalah buah Roh yang memuliakan nama Tuhan.
Melakukan pekerjaan dengan jujur.
Bekerja dengan penuh rasa hormat kepada pimpinan.
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kol 3:23)
Mengapa kita perlu membawa pekerjaan kita di dalam doa?
Manusia perlu tuntunan Tuhan – agar kita tetap berada di dalam rencana dan kehendak-Nya, sehingga apa saja yang kita kerjakan akan berhasil dan mendatangkan kebenaran, damai sejahtera dan sukacita.
Manusia punya keterbatasan akal, hikmat, kreativitas dan tenaga – banyak hal yang kita tidak mampu ketahui - yang akan terjadi beberapa menit di hadapan kita/ilmu pengetahuan yang terus berkembang dengan pesat/pekerjaan roh jahat di alam roh yang tidak terlihat oleh mata jasmani kita.
Oleh karena keterbatasan inilah, maka kita memerlukan Tuhan sebagai Gembala Agung yang akan menuntun di dalam setiap aspek kehidupan.
Di dalam pelayanan, di mana manusia berhadapan langsung dengan roh-roh jahat, manusia mutlak perlu kuasa Tuhan. Pengetahuan dan penglihatan kita di alam roh terbatas, oleh karena itulah kita memerlukan karunia-karunia khusus dan campur tangan Tuhan di dalam pekerjaan pelayanan kita.
Peperangan dengan kuasa kegelapan tidak dapat dilakukan dengan kekuatan fisik/pikiran kita, tetapi harus dikalahkan dengan hikmat dan kuasa dari Tuhan.
Ada banyak kerancuan yang terjadi, ketika kita membuat skala prioritas dalam menghadapi “pekerjaan”, “keluarga” dan “pelayanan”. Ada yang mengutamakan pelayanan di atas segala-galanya, sehingga keluarganya berantakan.
Ada yang bekerja habis-habisan selama 24 jam, sehingga tidak mempunyai waktu lagi untuk Tuhan dan keluarganya. Ada juga yang mementingkan keluarganya sehingga tidak ada waktu yang cukup untuk bekerja dan pelayanan.
Manakah yang harus diprioritaskan?
Keluarga – jika tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimana ia dapat mengurus Jemaat Allah? (1 Tim 3:1-5).
Pekerjaan – tidak dapat mengorbankannya dengan alasan pelayanan karena hal ini bisa merusak kesaksian kita sebagai orang Kristen yang baik.
Pelayanan – bagi yang sudah membuat komitmen, wajib melakukan pekerjaan pelayanannya karena itulah pekerjaannya.
Di dalam menciptakan manusia, Allah tidak pernah bermaksud agar manusia hidup dalam kemalasan - menginginkan agar manusia dapat berkarya, “menciptakan” sesuatu sebagaimana Ia sudah dan selalu berkarya untuk mendatangkan kebaikan – adanya matahari, bulan, bintang, tumbuh-tumbuhan beraneka warna dan buahnya, binatang dengan berbagai ragam keindahan dan sifat-sifatnya.
Allah memberikan setiap burung makanannya, tetapi Ia tidak meletakkannya di sarangnya (JG Holland)
Ada orang yang salah memahaminya dengan melakukan doa saja tetapi tidak bekerja.
Ia menciptakan manusia dengan kemampuan untuk berpikir, daya kreatifitas, emosi, tenaga dan semua anggota tubuh yang dapat menunjang aktifitas.
Allah menciptakan:
Otak agar kita dapat berpikir, menimbang dan mengingat. Otak yang tidak terlatih tidak mampu meringankan beban pekerjaan kita, malah membuat beban hidup bertambah berat. Tidak ada batas usia di dalam melatih otak.
Tangan dan kaki agar kita bisa bergerak dan bekerja dengan baik.
Mata untuk melihat.
Telinga untuk mendengar dll.
Ada beberapa macam kerja:
Kerja amburadul - tidak ada koordinasi/komunikasi/kontrol/
sistematis.
Kerja asal kerja - tanpa niat/usaha/berpikir – hasilnya juga asal-asalan.
Kerja rajin - tidak ubahnya seperti mesin/robot.
Kerja keras - sudah terlihat ada usaha/tenaga yang dikeluarkan.
Kerja cerdik - kerja dengan otak melibatkan pengetahuan yang luas, bagaimana cara kerja yang baik, benar dan efisien – akan membuat beban pekerjaan menjadi ringan dan mendatangkan hasil yang maksimal. Cara kerja inilah yang Tuhan ingin kita lakukan, cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati (Mat 10:16), bukan licik.
7 kiat kerja menurut Amsal Salomo:
1. Andalkan Tuhan – Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, maka Ia akan meluruskan jalanmu (Ams 3:5-6).
2.Carilah pengetahuan – Tanpa pengetahuan ... akan salah langkah (Ams 19:2).
3.Rajin dan cekatan – Tangan orang rajin menjadikan kaya, dalam tiap jerih payah ada keuntungan (Ams 10:4; 14:23).
4. Berlakulah jujur dan benar – Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya (Ams 10:9); upah pekerjaan orang benar membawa kepada kehidupan (Ams 10:16).
5.Jaga mulut – Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran (Ams 21:23); di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran (Ams 10:19).
6. Sabar dan tenang - Orang yang sabar ... menguasai dirinya (Ams 16:32); hati yang tenang menyegarkan tubuh (Ams 14:30).
7. Jangan ingin cepat kaya – Harta yang cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa mengumpulkan sedikit demi sedikit, menjadi kaya (Ams 13:11); berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya (Ams 10:22).
(Sumber: Warta KPI TL No. 28/VIII/2006; Ora et Labora, Mansor Juni 2002).