05.25 -
*Kesombongan*
Mengenali tingkat stadium kesombongan kita
Seorang pria bertamu ke rumah sang guru dan ia tertegun keheranan melihat sang guru sedang sibuk mengangkat air dengan ember dan menyikat lantai rumahnya hingga bersih.
Pria itu bertanya: “Apa yang sedang guru lakukan?” Sang guru menjawab: “Tadi telah datang tamu yang minta nasihat kepada saya. Saya telah berikan banyak nasihat yang bermanfaat dan mereka tampak puas. Namun, setelah mereka pulang, saya merasa menjadi orang yang hebat. Kesombongan saya mulai muncul. Itulah sebabnya saya melakukan ini untuk coba menetralisir perasaan sombong saya itu.
Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, benih-benih-nya kerap muncul tanpa kita sadari.
Di tingkat Pertama, ada rasa sombong disebabkan oleh faktor materi
Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain, lalu disadari maupun tidak, akan timbul Kesombongan dalam berbagai bentuk yaitu perasaan ogah bergaul
dengan kalangan orang yang tidak mampu atau tidak selevel dengan dia.
Kota yang kuat bagi orang kaya ialah hartanya (Ams 10:15).
Di tingkat Kedua, ada rasa kesombongan yang disebabkan karena faktor pengabdian
Rasa seperti ini banyak dihinggapi oleh seorang karyawan yang sudah bekerja terlalu lama disuatu perusahaan lalu dia merasa bahwa tanpa dirinya perusahaan tsb. tidak akan ada seperti yang sekarang ini. Dan merasa bahwa semua ini bisa berjalan karena jasa-jasanya. Dan dia selalu merasa tidak puas dengan penghasilan yang dia terima sampai hari ini
Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya (Pkh 5:9).
Rasa sombong jenis ini biasanya juga dialami oleh seseorang yang merasa sudah banyak membantu / menolong kepada rekannya lalu dia merasa bahwa rekannya tersebut sudah terlalu banyak hutang budi padanya dan kalau tidak ada dia maka rekan tersebut tak akan sempurna hidupnya.
Janganlah engkau berkata dalam hatimu, apabila Tuhan, Allahmu, telah mengusir mereka dari hadapanmu: Karena jasa-jasakulah Tuhan membawa aku masuk menduduki negeri ini; padahal karena kefasikan bangsa-bangsa itulah Tuhan menghalau mereka dari hadapanmu. Bukan karena jasa-jasamu atau karena kebenaran hatimu engkau masuk menduduki negeri mereka, tetapi karena kefasikan bangsa-bangsa itulah, Tuhan, Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu, dan supaya Tuhan menepati janji yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub. Jadi ketahuilah, bahwa bukan karena jasa-jasamu Tuhan, Allahmu, memberikan kepadamu negeri yang baik itu untuk diduduki. Sesungguhnya engkau bangsa yang tegar tengkuk!" (Ul 9:4-6)
Rasa sombong jenis ini akan menimbulkan jarak, baik itu terhadap rekan-rekan maupun pada bawahan dan atasannya.
Di tingkat Ketiga, ada rasa sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan
Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dari orang lain, lalu bisa juga timbul kesombongan, biasanya dalam bentuk tak mau bergaul dengan kalangan yang berpendidikan lebih rendah.
Kita semua mempunyai pengetahuan. Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun. Jika ada seorang menyangka, bahwa ia mempunyai sesuatu "pengetahuan", maka ia belum juga mencapai pengetahuan, sebagaimana yang harus dicapainya (1 Kor 8:1-2).
Di tingkat Ke empat, ada rasa sombong yang disebabkan oleh faktor kebaikan.
Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain, lalu akan timbul Kesombongan dalam bentuk bahwa diri sendiri seolah-olah adalah orang terbaik di dunia.
Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa! (Pkh 7:20).
Yang menarik disini bahwa semakin tinggi tingkat kesombongan seseorang akan semakin sulit pula mendeteksinya oleh dirinya sendiri, sampai suatu hari ada seseorang yang menegornya.
Sombong pada tingkat pertama yaitu karena materi sangat mudah terlihat, tetapi rasa sombong pada tingkat tertinggi yang di karenakan kebaikan sulit terdeteksi karena sering hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita, biasanya ada rasa bahwa dirinya sudah terlalu baik tetapi perlakuan dari pihak lain selalu dianggap kurang baik.
Cobalah setiap hari kita memeriksa hati kita masing-masing dari benih-benih yang salah itu. Karena setiap hal yang baik maupun yang buruk, akan mempunyai akibat pula di masa ke depan kita.
Kita ini manusia ini sebenarnya hanyalah seperti debu, yang suatu saat akan hilang dan lenyap dan kembali pada Sang Pencipta (Pkh 12:7 » debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya).
Kesombongan hanya akan membawa kita pada kejatuhan yang sangat dalam (Ams 16:18 » Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan; Ams18:12 » Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan).