18.34 -
*Kitab Suci*
Singkirkanlah penghalang sabda-Mu
Tujuan Tuhan menciptakan kita untuk kemuliaan-Nya. Bagi Allah, kemulianan-Nya lebih penting daripada apapun (Rm 11:36 » Segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya; Yes 43:7 » semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan).
Setan "adalah pembunuh manusia sejak semula ... ia pendusta dan asal segala dusta" (Yoh 8:44). Dialah "si ular tua yang bernama iblis, yang menyesatkan seluruh dunia" (Why 12:9). Melalui dia dosa dan kematian masuk ke dalam dunia.
Digoda oleh setan, manusia membiarkan kepercayaan akan Penciptanya mati (Kej 3:1-11) di dalam hatinya, menyalah-gunakan kebebasannya dan tidak mematuhi perintah Allah. Di situlah terletak dosa pertama manusia (Rm 5:19).
Sesudah jatuh, manusia tidak dibiarkan Allah. Sebaliknya, Allah memanggil dia (Kej 3:9) dan memberitahukan kepadanya atas cara yang penuh rahasia (Kej. 3:15). Allah sebegitu prihatin dengan keselamatannya sehingga Ia tidak menyayangi Putera-Nya yang tunggal untuk dia.
Pada saat Yesus menerima kematian dengan sukarela guna memberikan kehidupan-Nya kepada kita, kemenangan diperoleh atas "penguasa dunia" (Yoh 14:30) satu kali untuk selama-lamanya. Itulah pengadilan atas dunia ini, dan penguasa dunia ini "dilemparkan ke luar" (Yoh 12:31).
Tuhan adalah pribadi yang memegang “rule of the game”, Dia mempunyai keadilan yang luar biasa, yang berjalan dalam aturan ilahi yang sangat ajaib. Dia kirimkan Anak-Nya yang tunggal untuk merampas segala kunci maut dan kunci kerajaan maut (Why 1:18). Sekarang semua itu bukan milik Setan lagi, tapi sudah menjadi milik Yesus, kemudian hak itu diberikan-Nya kepada Gereja-Nya.
Tetapi Setan tidak mau taat hukum, katanya: “Kalau ada manusia yang tidak mengerti kebenaran ini, maka aku akan tetap memiliki hakku.” Karena tahu bahwa waktunya sudah singkat, maka dalam geramnya yang dahsyat dia menunggu waktu yang baik, mencari orang yang dapat ditelannya (Luk 4:13; 1 Ptr 5:8).
Sungguhnya, secara legal Setan sudah dikalahkan oleh Yesus tetapi dia tidak mau menyerahkan hak kita. Oleh karena itu dia mengirim paket mautnya. Yang pertama kali diambilnya adalah damai sejahtera (Why 12:10, 12; 6:4).
Kita dibuatnya kecewa dan marah pada orang tua, orang-orang yang kita cintai, pemimpin-pemimpin kita dan gereja kita. Emosi negatif ini adalah kendaraan yang sering dipakai setan sehingga mata rohani kita buta.
Emosi negatif ini mengurangi jumlah endofin dan memperlambat aliran sel-sel darah putih memerangi penyakit. Dengan melepaskan sejumlah besar adrenalin ke dalam aliran darah, emosi negatif memberi sumbangan pada terjadinya stroke dan penyakit jantung.
Akhirnya tanpa sadar kita digiring pada jebakannya, yaitu “mengasihani diri sendiri” sehingga kita tidak yakin lagi bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan (Rm 8:28). Pikiran kita pun dibawanya untuk berkhayal, “Lebih baik aku bunuh diri saja, toh tidak ada orang yang peduli samaku.” Jebakan ini bertujuan mengantar banyak orang menuju pada kehancuran, baik tubuh maupun jiwanya.
Kita harus berhati-hati terhadap pesan negatif, ubahlah pesan itu dengan pesan yang positif, yang berasal dari ajaran sehat (1 Tim 6:3 » perkataan Tuhan Yesus Kristus).
Firman itu adalah Allah (Yoh 1:1). Injil bukanlah injil manusia, tetapi adalah ajaran sehat yang disampaikan dengan kekuatan Roh Kudus (Gal 1:11; 1 Tim 1:10-11; 1 Tes 1:5); kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya, di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman. Jadi, Injil mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa (Rm 1:16-17; 2 Tim 1:10).
Oleh karena itu, membaca Alkitab secara teratur berarti memberi makanan bergizi kepada jiwa, sehingga kesehatan jiwa kita terjaga (Yak 1:21). Firman Tuhan yang hidup akan mengubah pola pikir kita yang pada umumnya dikuasai oleh kedagingan, sehingga kita lebih memilih hidup dipimpin oleh keinginan Roh.
Akibat dari jebakan iblis, maka tidak ada lagi kerukunan baik dalam keluarga maupun dalam komunitas, yang ada hanyalah pertengkaran (Mzm 133:1-3; Luk 9:46; Ams 21:19; Kej 13:8). Meskipun mereka membangun mezbah doa, doa tersebut terhalang sehingga tidak memiliki kuasa lagi (Mat 18:20; 5:24).
Ketahuilah bahwa orang yang suka melawan, sesungguhnya mereka tidak sadar bahwa telah dijerat dan diikat Iblis untuk melakukan kehendaknya.
Jadi, hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak agar tidak menimbulkan pertengkaran, bersikaplah ramah terhadap semua orang, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntunnya, mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran (2 Tim 2:23-26).
Jadi, jika saat ini kita sedang kecewa dan marah, masuklah dalam kamar dan berdoalah (Mat 6:6), serahkan diri kita kepada Tuhan (1 Ptr 5:7) dan imanilah janji-janji-Nya (Mat 24:35).
Berbahagialah orang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan! Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil (Mzm 1:1-3; Yer 17:7).
Gereja menasihati semua umat beriman Kristen dengan sungguh-sungguh, "agar dengan sering membaca Kitab Suci, mereka sampai kepada suatu pengetahuan yang unggul mengenai Kristus". Mereka harus selalu ingat, "bahwa doa harus menyertai pembacaan Kitab Suci, supaya terwujudlah wawancara antara Allah dan manusia. Sebab kita berbicara dengan-Nya bila berdoa; kita mendengarkan-Nya bila membaca amanat-amanat ilahi (Ambrosius, off. 1,88)" (DV 25) (KGK 2653).
Ketika kita berdoa, Allah akan terus-menerus memasukkan spirit-Nya sehingga kita mempunyai keinginan seperti apa yang dikehendaki-Nya (Mzm 80:19; Flp 2:13; Rm 8:26-27).
Jadi, kita tidak dapat mengubah kehendak Tuhan, tetapi kita dapat menemukan kehendak Tuhan (Sundar Singh).
Ketika kita menerima kehendak Allah dalam setiap aspek kehidupan kita, kita menemukan bahwa Allah memberikan kita kekuatan, keberanian, dan martabat yang bergema sampai ke sorga (Mother Angelica).
Jadi, masuklah dalam suatu persekutuan oleh dorongan-Nya, jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang (Yes 30:1; Ibr 12:15).
Firman-Nya: "Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala! Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara (Yes 43:18-19).
Singkirkan penghalang sabda-Mu, cairkanlah hatiku yang beku, dan bimbinglah kami di jalan-Mu.
Yesus datang untuk memberitakan "Injil Kerajaan Allah" (Luk 4:43). Demikian juga para murid-Nya, diutus-Nya untuk menjalankan Amanat Agung-Nya (Luk 9:2; Mrk 16:15 » Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk) agar semakin banyak orang kembali kepada Allah.
Namun, seringkali orang-orang Kristen sendiri menjadi penghalang besar bagi orang-orang yang ingin mendekati Kristus. Karena mereka seringkali berkotbah tentang injil yang tidak mereka hayati. Inilah alasan mendasar mengapa begitu banyak orang di dunia ini yang tidak percaya (Mother Teresa).
Mahatma Gandi tertarik dengan Kristus, ia sudah membaca Injil sampai katam dan ia juga melakukan apa yang Injil katakan, tetapi ia tidak mau dibaptis karena ia melihat kehidupan sebagian orang Kristen tidak sesuai dengan Injil, katanya: "Yesus saya suka, Injil saya kerjakan. Tetapi saya tidak mau menjadi orang Kristen karena ada sebagian orang Kristen yang tidak melakukan apa yang dikatakan Yesus." Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga melakukannya? Mengapa mereka berbuat demikian?
Yang pertama, karena mereka tidak pernah mengenal Allah secara pribadi melalui doa maupun membaca Kitab Suci. Akibatnya, mereka hanya melakukan kegiatan rohani, tanpa mempunyai kehidupan rohani sehingga mereka tidak tahu apa yang menjadi kehendak Allah.
Ciri-ciri orang yang masih belum mengenal Allah: tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu, menghambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah. Roh perzinahan ada di antara mereka (1 Kor 12:2; Gal 4:8; Hos 5:4). Pikirannya sia-sia (Ef 4:17); hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang (1 Ptr 4:3; Kol 3:5 - segala sesuatu yang duniawi yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakan; 1 Yoh 2:16 - semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup).
Jika kita tidak mengenal akan Allah yang benar, maka kita tidak berbeda dengan bangsa Israel. Misalnya, setiap Minggu kita pergi ke gereja, tetapi mulai Senin sampai Sabtu relasi kita dengan Tuhan baik dalam doa maupun perenungan firman tidak kita hidupi dengan baik. Di gereja tampak seperti orang suci, namun ketika tidak dilihat orang, kita sibuk menghambakan diri kepada dosa (tidak ada pertobatan dan perubahan di dalam hidup, hidup penuh dengan kemunafikan). Orang yang sudah pernah mengenal Allah justru lebih sulit bertobat daripada orang yang tidak mengenal Allah. Jadi, pengalaman dicintai oleh Kristus secara pribadi sangat penting bagi setiap orang agar dapat bertahan dalam pengabdian pada Yesus Kristus.
Yang kedua, ada kerinduan mengenal Allah dengan berdoa dan membaca Kitab Suci, namun sarana untuk mengenal Allah itu tidak mengubah hatinya menjadi bijaksana, dia mengembangkan sikap ekslusif dan kaku dalam pewartaannya. Sesungguhnya, maksud hati pewarta ini sangat baik, agar semua pendengarnya dapat menghindari segala hal yang dapat menjauhkan dari Allah. Namun sikap ini menyebabkan para pendengarnya merasa tidak nyaman atau ketakutan.
Ingatlah! Allah adalah kasih (1 Yoh 4:8, 16), Injil adalah Kabar Gembira. Hikmat dalam Kitab Suci sukar dipahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri (2 Ptr 3:15-16)
Andaikata semua orang Kristen mau belajar “ajaran Gereja”dan mengerti kebenaran ini, maka mereka tidak akan masuk dalam jebakan Iblis tetapi mereka akan menikmati Kerajaan Allah di bumi ini.
Kerajaan Allah: Pemerintahan Alah sebagai Raja yang hendak melaksanakan di sorga maupun di bumi. Dengan kedatangan Yesus Kerajaan Allah sudah dekat (Mat 4:17), bahkan berada "di antara kamu" (Luk 17:21) (Kamus Alkitab).
Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, tetapi dari kuasa (1 Kor 4:20; Yoh 1:12 » diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya).
Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh (Mrk 16:17-18).
Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Rm 14:17).
Jadi, pakailah bahasa kasih dalam mewartakan Kabar Gembira, yaitu dengan berkata-kata yang baik untuk membangun supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih karunia (Ef 4:29).
Yang ketiga, ada kerinduan mengenal Allah dengan berdoa dan membaca Kitab Suci, namun sarana untuk mengenal Allah itu tidak mengubah hati mereka menjadi bijaksana, karena jiwanya masih terluka secara emosional dan rohani, yang mengalami segala macam penolakan, yang menyimpan trauma-trauma yang tersembunyi jauh di dalam kehidupan mereka. Pengalaman ini melumpuhkannya dan membutakannya, pada akhirnya membuatnya putus asa.
Firman Yesus menerangkan apa yang Ia kerjakan. Pekerjaan Yesus membuktikan kebenaran Firman-Nya. Kedua hal ini ada bersamaan dan saling menerangkan. Jadi, sabda tanpa karya dengan mudah dianggap omong kosong atau dalam istilah populis “gajah diblangkoni” (bisa kotbah ora bisa nglakoni). Demikian pula sebaliknya, karya tanpa sabda yang menerangkannya bisa saja membuat orang bingung dan salah paham (Mat 12:24, 28).
Penampilan Yesus yang selalu berdimensi ganda ini memberikan inspirasi kepada kita bagaimana kita harus mewartakan Kabar Gembira. Tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata! Hidup konkret kita menjadi saksi yang efektif dari berita yang kita wartakan.
Untuk menjalankan perutusan ini tidak mudah, oleh karena itu Yesus berdoa bagi kita: “Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran. Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.
Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.
Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan (Yoh 17:1-26).
Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalah engkau sudah insyaf, kuatkanlah saudara-saudaramu (Luk 22:32).
Tuhan Yesus, kini aku mohon kepada-Mu, bantulah aku agar tetap dekat pada-Mu dengan hati berkobar, agar tetap gembira mengemban perutusan yang Engkau percayakan kepadaku: yakni melanjutkan kehadiran-Mu, dan menyebarkan berita gembira - Engkau telah bangkit! (Pater Carlo Maria Martini, SJ).
(Sumber: Warta KPI TL No. 175/XI/2019)