Minggu, 25 Agustus 2019

20.38 -

Berdoa Examen Ignasian



Kesibukan bisa membuat kehidupan rohani menjadi kering dan tidak bermakna, sehingga makin sulit menyadari kehadiran Allah dalam hidup kita. Akibatnya, berbagai pilihan hidup bisa menjadi tidak selaras dengan kehendak-Nya. Apakah di tengah kesibukan, kita masih dapat membangun relasi dengan Allah

Terkadang doa kita menjadi kering, kita mengalami kebingungan dan bertanya-tanya kepada Tuhan apa yang harus dikatakan pada-Nya? Ada sebuah model doa yang dapat membantu kita menghindari efek-efek buruk kesibukan dan menumbuhkan relasi personal dengan Allah. Doa itu dikenal dengan nama Examen, diperkenalkan oleh St. Ignasius Loyola dalam Latihan Rohani. Melalui doa ini kita melakukan pencarian tanpa akhir dan melakukan persekutuan yang lebih dalam dengan Tuhan, yang memberikan sukacita dan kesegaran terus-menerus untuk kehidupan spiritual kita

Bagi Ignatius Loyola, Allah tidak hanya ditemukan dalam Kitab Suci, Sakramen, Liturgi, dan lainnya, melainkan juga dalam ciptaan-Nya, dalam sejarah umat manusia dan dalam diri sesama manusia. Allah dapat menunjukkan diri-Nya secara langsung ataupun tidak langsung, yaitu dalam tanda di sekitar kita. 

Examen merupakan sebuah doa, bukan sekedar evaluasi dan refleksi diri, tetapi salah satu sarana untuk mencermati gerak roh yang terjadi di dalam diri kita setiap hari (Examen Conscientiae = pemeriksaan kesadaran, pemeriksaan suara hati/batin, apakah senantiasa berjalan bersama Tuhan atau secara sengaja menolak untuk berjalan bersama Tuhan). 

Melalui pemeriksaan ini, kita diajak untuk menyadari bahwa hidup ini adalah anugerah dari Tuhan, menyadari kehadiran serta karya-Nya di dalam setiap pengalaman tersebut. Dengan demikian, kita terbantu untuk selalu menemukan Allah dan kehendak-Nya setiap hari dalam segala hal

Mengingat pentingnya pemeriksaan kesadaran bagi hidup kita, Ignatius Loyola menganjurkan supaya kita melakukannya dua kali dalam sehari (sekali pada siang hari/tengah hari dan sekali pada malam hari/sebelum tidur). Pagi hari, membuat niat berwaspada terhadap dosa atau kekurangan khusus yang ingin diperbaiki, di mana pada pagi hari, memohon rahmat yang dikehendaki kepada Allah untuk mengingat tentang dosa dan menghindari di waktu selanjutnya. Di akhir hari, kita harus mencatat berapa kali jatuh ke dalam dosa. 

Lima langkah mempraktekkan Examen Conscientiae (5 R » Relish, Request, Review, Repent, Renewal): 

Sebelum menjalani Examen Conscientiae kita mempersiapkan hati dan pikiran kita dengan berbagai cara, antara lain: berdoa formal yang pendek (Bapa Kami, Salam Maria, Kemuliaan)/mengucapkan nama Tritunggal (Bapa, Putera dan Roh Kudus) dengan pelan dan lembut sehingga diri kita bersatu dengan-Nya/mempersiapkan diri dengan bacaan-bacaan singkat Alkitab dan merasakan kita bersatu dengan-Nya melalui bacaan/ayat singkat dari Alkitab yang dibaca. 

1. Mengucap syukur (Relish). 

Dalam setiap saat pada setiap harinya, Allah melimpahkan banyak rahmat-Nya bagi kita. Apa pun yang kita alami merupakan rahmat yang patut disyukuri. Menurut St. Ignatius Loyola, rahmat Tuhan tidak hanya terbatas pada hal-hal rohani seperti ketenangan batin dalam doa, tetapi juga ketika bersyukur atas realitas yang dialami dalam peziarahan hidup. 

Mengenali rahmat dan kasih Tuhan dengan bersyukur adalah inti keseluruhan hubungan kita dengan Tuhan. Mengucap syukur di awal examen, mempersiapkan diri kita untuk bersyukur atas segala hal yang baik yang telah Allah sediakan bagi kita. 

2. Memohon rahmat (Request) 

Usaha manusiawi, tanpa rahmat Tuhan dapat mengurangi rasa dalam mencecap buah pengalaman harian. Kita memohon rahmat pemahaman yang membuka jalan mencapai rahmat kebebasan dan pemahaman mendalam akan karya Tuhan yang konkret. 

Kita berdoa memohon rahmat Allah agar Roh Kudus menolong kita untuk mengenali diri kita sendiri dengan terbuka dan jujur dan melepaskan diri dari dosa. Kita bertanya tentang apa yang telah kita lakukan? Dorongan-dorongan apa yang telah membuat kita melakukannya? Apakah hal itu berasal dari yang baik atau yang jahat? Bagaimanakah perasaan-perasaan kita sekarang? Dari mana perasaan-perasaan tersebut berasal? 

3. Melihat kembali (Review) 

Setiap hari Allah memanggil kita untuk berbagi kasih dan kedamaian dengan sesama di sekitar kita. Bagaimana kita melewati waktu demi waktu dalam hidup kita hari ini? Di manakah Allah telah bekerja hari ini dalam kehidupanku? Di manakah aku bekerja sama dengan Allah pada hari ini? 

Dalam tahap ini, kita mencoba menarik keluar pengalaman atau peristiwa yang kita alami untuk melakukan pemeriksaan batin, untuk menemukan Allah dalam segala hal. Kuingat pengalaman yang mengesankan, membahagiakan, memberikan semangat, menghibur. Juga pengalaman yang menyusahkan, menyedihkan, menggelisahkan, dan membuatku kering. Meneliti gerakan-gerakan, dorongan yang muncul dalam pengalaman tersebut. Bagaimana gerakan Roh Baik dan roh jahat atau diriku sendiri dalam pengalaman itu? Gerakan itu membawaku kemana? Lebih mendekatkan atau menjauhkan kepada Allah? Mengapa? Bagaimana tanggapanku terhadap gerakan itu? Apakah aku puas? Bagaimana aku sampai mengikuti gerakan-gerakan itu? Bagaimana perasaanku

Dengan melihat kembali perjalanan hidup kita setiap harinya, kita bisa menyadari perbedaan-perbedaan antara kebaikan dan kasih Allah dengan kelemahan-kelemahan kita yang menjauhkan kita dari kebaikan dan kasih-Nya. 

4. Diriku yang rapuh dan kerahiman Allah (Repent) 

Seringkali kita tidak menghargai rahmat dan kasih Allah yang dilimpahkan-Nya kepada kita. Melalui Examen Conscientiae, kita berjumpa dengan kelemahan dan dosa-dosa kita, namun kita juga diundang untuk mengagumi sekaligus bersyukur bahwa meskipun kita berdosa Allah tetap mengasihi kita. Oleh karena itu, kita perlu mengakui segala dosa dan kelemahan kita dan memohonkan rahmat pengampunan-Nya

Maka sudah layak dan pantas kita melakukan yang terbaik yang masih bisa kita lakukan bagi-Nya dengan menjadi saluran rahmat dan berkat bagi sesama. Kita baru bisa menerima dan mengampuni orang lain, ketika merasa diterima dan di­ampun-i oleh Allah

5. Perbaharui diri (Renewal) 

Dalam tahap ini, kita memohon rahmat dan pertolongan Allah untuk menjernihkan perasaan dan pikiran kita untuk mengetahui apa yang Tuhan mau dalam hidup kita. Dengan demikian, hendaknya kita membangun sebuah niat untuk memperbaiki hidup kita dengan membangun semangat untuk bangkit kembali, mengarahkan diri untuk perbaikan yang nyata pada hidup kita di hari selanjutnya. 

Sesudah kita melakukan tahap-tahap Eksamen, ada banyak cara untuk menutup Eksamen tersebut, yakni dengan (1) berdoa doa pujian secara singkat sebelum mengakhiri Eksamen, (2) mengulang beberapa waktu doa Kemuliaan dan (3) mengucapkan syukur kepada Tuhan karena Eksamen berlangsung dengan baik. (4) menulis kembali (journaling) pengalaman apa yang kita pikirkan selama Eksamen tadi. Berlatih menulis akan membantu kita untuk mengerti pengalaman itu lebih mendalam daripada hanya memikirkannya saja. Tulisan yang dibuat juga bisa menjadi bahan refleksi spiritual seseorang di masa esok, merefleksikan dengan cara membacanya dan berguna bagi orang lain. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 172/VIII/2019 » Renungan KPI TL Tgl 18 Juli 2019, Dra Yovita Baskoro, MM).