03.02 -
*Hidup rohani*
Kehidupan ini seperti sekolah
Seorang anak berusia 8 tahun bertanya kepada Ajahn Brahm, "Mengapa Tuhan tidak menciptakan semua orang baik, mengapa harus ada orang jahat? Lalu mengapa dunia ini diciptakan?"
Jawaban yang memukau dari Ajahn, tidak ada penghakiman, tidak pula mengunggulkan salah satu keyakinan. Di hadapan ribuan audiens dengan usia beragam, dari anak-anak sampai orang dewasa, tua muda, bahkan banyak mahasiswa lintas agama yang memenuhi Ballroom Hotel Sahid Rich Jogja malam itu, jawaban beliau dapat diterima semuanya, dengan gaya santai penuh humor, namun berisi dan menginspirasi.
Sebelum menjawab, Ajahn balik bertanya, "Apakah adik yang bertanya sudah sekolah? Bukankah kehidupan ini seperti sekolah? Ketika masih di kelas dasar, kita tak menguasai banyak pelajaran, oleh karena belum banyak mendapat pelajaran dan belum faham sebagaimana para senior. Tapi seiring waktu jika terus belajar, kian naik kelas dan akan menjadi lebih pintar.
Sama halnya, orang yang belum baik, yang masih terjebak untuk berbuat jahat adalah karena belum banyak belajar tentang kehidupan. Mungkin fisiknya cukup lama dengan seragam sekolah, tapi ia belum faham pelajaran sekolah, ia hanya bermain dan bersenang-senang.
Maka kewajiban seseorang yang sudah banyak belajar adalah membimbing mereka yang belum belajar, bukan menghakimi atau memusuhi mereka. Bertemu orang yang belum baik adalah kesempatan berlatih rendah hati dan berbagi.
Maka dengan rajin dan tekun mengembangkan kebaikan, penuh cinta kasih, murah hati dan bijaksana, pada saat yang sama kita sedang melemahkan dan mengikis sifat-sifat buruk. Bila terus belajar dan bertumbuh seperti ini, saatnya pasti akan menjadi baik dan dewasa.
Maka dengan rajin dan tekun mengembangkan kebaikan, penuh cinta kasih, murah hati dan bijaksana, pada saat yang sama kita sedang melemahkan dan mengikis sifat-sifat buruk. Bila terus belajar dan bertumbuh seperti ini, saatnya pasti akan menjadi baik dan dewasa.
Jawaban beliau untuk pertanyaan kedua, lalu untuk apa dunia ini diciptakan? Seperti sekolah, untuk apa sekolah dibangun? Untuk belajar dan terus bertumbuh menjadi lebih baik dan bermanfaat. Untuk mengikis kebodohan atau menghentikan penderitaan serta berbagi kebahagiaan, itulah alasan kita masih eksis di sekolah kehidupan ini.
(Sumber: Warta KPI TL No. 170/V/2019).
(Sumber: Warta KPI TL No. 170/V/2019).