Selasa, 26 Desember 2017

Mana yang lebih kamu cintai? Pemberian-nya / Pemberi-nya?



Pada suatu ketika, ada seorang anak SMP bernama Ben. Pada natal tahun ini, mama-nya Ben memberikannya sebuah PS4. Ben sangat senang oleh karena hadiah yang ia terima tersebut. Dia membanggakan PS4 itu kepada teman-temannya, dan dia memainkan PS4 itu setiap hari. 

Namun, Ben begitu mencintai PS4 miliknya, hingga dia melupakan ulang tahun mama-nya, tidak mau pergi makan keluar bersama mama-nya, dan marah setiap kali mama-nya mengajak dia mengobrol ketika dia bermain. 

Akhirnya, mama-nya Ben mengambil PS4 itu kembali dan melarang Ben untuk memainkannya. Ben menjadi sangat marah. Dia membanting pintu kamarnya ke depan mama-nya dan dia berteriak: “AKU BENCI MAMA!”

Sangat keterlaluan bukan anak bernama Ben ini? Dia lebih mencintai PS4 pemberian mama-nya dibandingkan mama-nya yang telah memberikan PS4 itu kepadanya. Dia melupakan sang pemberi oleh karena pemberian yang telah dia terima. 

Namun sesungguhnya, seringkali kita juga melakukan hal yang sama seperti Ben. Kita lupa dengan siapa pemberi dan penyedia di dalam hidup ini - kita lebih mencintai pemberian-pemberian Tuhan dibandingkan Tuhan sang pemberi itu sendiri. 

Kita seringkali bekerja, pacaran, bermain game selama berjam-jam, tetapi kita lupa untuk menghabiskan waktu untuk bersyukur kepada-Nya atas semua yang sudah Dia berikan kepada kita. 

Kita tidak mau menghabiskan waktu untuk bersekutu dengan-Nya di dalam doa dan pembacaan firman-Nya di dalam keseharian hidup kita. Dan kita seringkali marah dan mengatakan bahwa Dia jahat ketika pemberian dari-Nya Dia ambil kembali. 

Apakah kamu mencintai Tuhan? Atau hanya pemberian-pemberian-Nya? Jika semua yang Dia berikan kepadamu, Dia minta kembali, apakah kamu akan tetap mencintai-Nya?

Apakah cintamu kepada-Nya ditentukan oleh pemberian-pemberian-Nya untukmu? Ataukah cintamu kepada-Nya didasari oleh siapa Dia sesungguhnya?

Saya percaya setiap dari kita tidak ingin menjadi mama-nya Ben. Ketika kita memberikan sebuah pemberian sebagai tanda kasih untuk seseorang, kita tidak ingin orang itu malah lebih mencintai pemberian kita daripada kita sendiri yang telah memberikannya itu. 

Sama hal-nya dengan Tuhan, Dia memberikanmu begitu banyak hal-hal baik di dunia ini untuk kamu dapat menikmatinya, tetapi Dia tidak ingin kamu sampai lupa akan Dia sang pemberi pemberian-pemberian itu.

Tuhan mengatakan bahwa perintah yang pertama dan paling utama adalah: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (Mat 22:37).

Yang Tuhan inginkan dari kita adalah hati kita. Jangan sampai pemberian dari Tuhan malah merengut hatimu darinya - jangan sampai pemberian Tuhan malah menjadi sebuah berhala di dalam hidupmu

Sesungguhnya, Tuhan adalah seorang Bapa yang selalu menyediakan untuk kita, seorang Teman yang selalu ada di sisi kita, seorang Juruselamat yang menyerahkan diri-Nya untuk kita, dan sebuah Harta yang jauh melebihi segalanya di dunia ini. 

Jangan sampai kita melewatkan hal yang paling berharga yang kita miliki! Jangan sampai kita melupakan harta terbesar di dalam hidup kita! Jangan sampai kita lupa dengan Tuhan Allah sang sumber sukacita sejati!

“Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa” (Mazmur 16:11).

(Sumber: Grace Depth).