03.41 -
*Kesombongan*
Kecewa
Ketika petinju Muhammad Ali sedang berada di puncak ketenarannya, ia berpergian dengan naik sebuah pesawat. Ketika hendak take-off, seorang pramugari mengingatkannya untuk mengenakan sabuk pengaman. Muhammad Ali dengan lantang menjawab: “Superman tidak perlu sabuk pengaman.” Dengan cepat sang pramugari menjawab: “Superman juga tak perlu naik pesawat terbang.” Lalu Muhammad Ali segera memasang sabuk pengaman.
Begitu mudah bagi seseorang yang memiliki kelebihan untuk terperangkap dalam kesombongan, khususnya ketika dia merasa lebih tinggi dari orang lain.
Tetapi pada saat yang sama, ia akan merasa minder dan rendah diri ketika berhadapan dengan seseorang yang memiliki level lebih tinggi dari dirinya. Inilah yang dalam bahasa psikologi disebut dengan distorsi self-image.
Kesombongan adalah awal kehancuran! Ketika perusahaan kita berkembang pesat, ketika jabatan kita mendapat promosi, ketika prestasi kita menjadi perbincangan banyak orang, ketika seseorang menyampaikan kekagumannya kepada kita, hendaklah kita berhati-hati dan tidak terburu-buru menganggap diri seperti Superman! Jangan biarkan semua hal tersebut membuat kita jadi sombong, sebab saat kita sombong kita sedang menuju ke dalam kehancuran.
Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi Tuhan; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman. Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan (Ams 16:5, 18).
Musuh terbesar dalam kehidupan ini adalah kekecewaan. Orang-orang yang sangat dekat dengan kita-lah yang seringkali membuat kita kecewa. Mengapa terjadi demikian? Karena kita terlalu banyak berharap darinya.
Pada saat harapan kita tidak terpenuhi maka hati terluka dan tidak ada sukacita dan kasih dalam kehidupan kita.
Kekecewaan ini menimbulkan banyak masalah … akhirnya menjauhkan diri kita dari kuasa Tuhan dan membuat seluruh hidup kita kacau, baik dalam organisasi maupun dalam rumah tangga.
Ketika kecewa, kita tidak dapat menerima janji-janji Allah. Maka datanglah segera memohon pengampunan kepada Tuhan, karena Dia-lah yang membebaskan batin kita atas semua luka dan kepahitan akibat kejahatan dan ketidak adilan yang terjadi dalam kehidupan ini.
Sadarlah dan berjaga-jagalah! Si Iblis (musuh jiwa) berjalan keliling mencari orang yang dapat ditelannya (1 Ptr 5:8)
Marilah kita belajar dari Matius 7:21-23
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga
» Kehendak Bapa adalah kasih (Mrk 12:29-31). Di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Kristus (Ef 4:15).
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan mujizat demi nama-Mu juga?
» Seringkali tanpa sadar kita menjadi sombong karena telah melayani. Ingatlah! Kasih tidak sombong dan menutupi segala sesuatu (1 Kor 13:4, 7), orang sombong tidak akan masuk Kerajaan Allah (Ams 16:5).
Meskipun kehidupan kita banyak masalah, bangun pagi jangan lupa untuk memberkati hari itu supaya Kerajaan Allah beserta kita.
Kerajaan Allah bukan hanya dirasakan sesudah kematian tetapi di atas bumi ini juga sudah ada (kita mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan, karena Allah menyertai kita - Yoh 10:10; Mat 1:23; soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus Rm 14:17).
Sombong adalah wujud nyata dari kekecewaan. Maka jangan jadi orang yang sombong, agar kita juga mempunyai kuasa seperti Bapa.
Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!
» Seringkali kita mengatakan mengenal Allah, apa buktinya? Apakah Allah juga mengenal kita?
Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai (Luk 18:10-14).
Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya: "Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku."
» Ini adalah gambaran dari kita.
Pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, ia tidak berani menengadah ke langit, ia memukul diri dan berkata: "Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini."
» Orang ini adalah gambaran orang yang dibenarkan Allah. Jika kita ingin dikenal Allah, datanglah dengan rendah hati kepada-Nya seperti pemungut cukai.
Marilah kita bertekun dalam pengajaran yang sehat dan selalu berada dalam suatu komunitas sehingga pada saat kita kecewa, iman kita dikuatkan oleh saudara seiman.
(Sumber: Warta KPI TL No.103/XI/2012 » Renungan KPI TL tgl 4 Oktober 2012, Bapak Benny Lolong).