Selasa, 04 Oktober 2016

21.29 -

Alkitab adalah Sabda Allah




Alkitab adalah sabda Allah dalam bahasa manusia. Itulah pengakuan iman Gereja.

Alkitab adalah sabda Allah karena


1. Kitab ini memberi kesaksian tentang Allah yang berkarya dan bersabda dalam sejarah manusia. Sabda ini merupakan peristiwa dan menjadi peristiwa karena terjadi dalam ruang dan waktu serta mengandung tanggapan dan jawaban manusia. 

Puncak kesaksian tentang Allah itu ada dalam Yesus Kristus yang adalah sabda Allah sendiri dalam daging atau kelemahan wujud manusia. Sabda itu telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita (Yoh 1:1-18). 

Perjanjian Baru adalah kesaksian tentang sang sabda ini dan diresapi seluruhnya oleh pribadi-Nya, semangat-Nya, kehadiran-Nya dan sabda-Nya. Apabila kita mendengarkan bacaan PB, kita langsung dibawa kepada Yesus.

2. Kitab ini ditulis atas dorongan, hembusan, dan ilham Roh Kudus. Para pengarang suci berbicara atas nama Allah. Mereka menulis atas dorongan Roh Kudus. 

Karena kitab ini dipenuhi oleh Roh Allah, maka “firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita” (Ibr 4:12). 

Firman Allah yang bersifat demikian dengan sendirinya membuat orang mengenal dirinya sendiri dan pengalaman hidupnya. Segala sesuatu menjadi “telanjang dan terbuka” (Ibr 4:13) di hadapan Dia yang berkarya dan bersabda dalam sejarah. 

Alkitab dengan demikian bukan lagi suatu kesaksian tentang Allah dan firman Allah di masa lampau, melainkan menjadi firman Allah bagi Gereja dan setiap orang yang percaya di mana pun dan pada waktu mana pun dia berada. 

Peristiwa sabda Allah ini terjadi kembali hari ini. Itulah keistimewaan Alkitab sebagai sabda dari Allah dan tentang Allah.

Nubuatan-nubuatan Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuatan dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah (2 Ptr 1:20-21)

Alkitab itu adalah sabda Allah dalam bahasa manusia. Artinya, Allah berbicara dengan perantaraan manusia dan dengan cara berkata manusia. Unsur manusia meresapi pula seluruh kitab ini. 

Manusia-manusia yang berbicara tentang Allah atau yang menyampaikan firman Allah adalah manusia-manusia yang terikat pada ruang dan waktu

Bahasa mereka tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan yang menjadi bagian mereka. Bahasa Alkitab mengungkapkan kebudayaan orang yang menyampaikannya. 

Oleh karena itu, orang bisa berbicara tentang bahasa Alkitab atau bahasa pengarang ini atau itu. Orang dapat mendekati Alkitab sebagai karya sastra dan orang dapat pula berbicara tentang hubungan Alkitab dengan kebudayaan. 

Sabda ini berasal dari cinta dan mau membangun cinta yakni suatu persaudaraan yang hidup dalam persatuan dengan Allah (Bdk. 1 Yoh 1:1-4).

Alasan Kitab Suci tidak gampang dimengerti karena:

* dalam membacanya dibutuhkan 

- bimbingan (Kis 8:26-40)
- pengertian (bdk. Mat 13:23) 
- iman (Mat 22:23-33).

* ciri ke-sejarah-annya yang sangat kuat. Kitab Suci adalah kesaksian tentang Allah yang berkarya dan bersabda dalam sejarah suatu umat di masa yang lampau. Sejarahnya sendiri cukup panjang! 

Karena itu, orang tidak mungkin mengerti kesaksian ini kalau orang tidak memahami sejarahnya. Kesulitan ini diperbesar karena jarak waktu yang memisahkan kita dengan mereka juga sangat besar. 

Kesaksian ini juga terikat pada zaman dan tempat, artinya pada cara berkata orang pada zaman itu dan pada kebudayaannya. Maka sangat dibutuhkan studi dan ilmu Alkitab, misalnya:

filologi (= ilmu tentang bahasa; ilmu tentang perkembangan kerohanian suatu bangsa dan kekhususannya atau tentang kebudayaan berdasarkan bahasa dan susastranya). 

Alkitab aslinya ditulis dalam bahasa Ibrani, Aram dan Yunani. Tidak mudah menerjemahkan dari satu bahasa ke bahasa yang lain karena setiap bahasa mempunyai sifat dan kekayaannya sendiri-sendiri. 

Bahasa adalah ungkapan pikiran, pengalaman dan perasaan sekaligus. Tata bahasa menunjukkan bentuk pikiran yang melekat pada suatu bangsa.

* Geografi Alkitab dan sejarah Israel Kuno. Bahasa dan sejarah suatu bangsa cukup banyak dipengaruhi oleh geografinya. 

Pengenalan kita akan sejarah Israel akan makin lebih baik kalau kita mengenal sejarah Timur Tengah Purba. Israel adalah bangsa yang hampir tidak berarti di zamannya itu. Sejarahnya dapat dikatakan hampir tidak terpisah dari sejarah bangsa-bangsa lain dan Allah menyatakan diri-Nya dalam konteks itu. 

* Sejarah agama Israel kuno. Untuk memahami iman dan ungkapan iman Israel dalam konteks sejarah.

* Tafsir Alkitab (eksegese) dan teologi biblis. Teologi merupakan bagian yang tidak dapat diabaikan dalam ilmu Alkitab dan dapat dikatakan merupakan mahkotanya. Pengertian kita dengan itu menjadi ‘lengkap’ 

Kitab Suci bukanlah suatu buku yang turun dari langit. Ada banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya. Maka sangat pentingnya studi Alkitab. 

Studi Alkitab pertama-tama karena firman Allah itu perlu diteruskan dalam hidup Gereja. Alkitab adalah buku Gereja, buku imannya. 

Sebagai sabda Allah, Alkitab adalah santapan kehidupan Gereja dan selalu dihormati Gereja seperti dia menghormati Tubuh Tuhan

Hal ini tampak dengan jelas sekali dalam perayaan imannya yakni liturgi khususnya liturgi Ekaristi. Hanya ada satu meja santapan kehidupan Gereja dan meja itu terdiri atas sabda Allah dan Tubuh Kristus (DV 21). 

Gereja tidak bisa bertumbuh, berkembang dan diperbaharui tanpa sabda Allah karena itu adalah santapannya (DV 26; AG 15, 21).

Karena Alkitab menduduki tempat yang begitu vital dalam kehidupan Gereja, maka buku ini harus terbuka bagi semua orang beriman. Adalah hak setiap orang beriman untuk memiliki Alkitab dan menerima santapan kehidupan darinya.

Tanpa studi, renungan dan doa atau lectio divina setiap hari orang tidak akan memahami rahasia kebijaksanaan Allah yang tak terduga itu serta mengenal dan mengasihi Yesus dengan segenap hati (Bdk. Flp 3:8). 

Seorang pelayan firman yang tekun belajar Alkitab sambil berdoa dan dalam semangat kerendahan hati akan makin dewasa dalam imannya. Dia mengembangkan imannya dan mengertinya lebih baik (Bdk. DV 23, 25; PO 18-19; CD 16; Bdk. PC 6).

Sekiranya orang mengenal Alkitab dengan cukup baik, maka dia pasti akan belajar banyak sekali dari kitab ini!

(Sumber: Warta KPI TL No. 68/XII/2009 » Alkitab & Ketanahannya, Berthold Anton Pareira, O.Carm.)