06.03 -
*Hati*
Hati yang terlalu beku
Jika hal ini dibiarkan terus-menerus, maka akan terjadi penyumbatan yang disebut jantung koroner.
Demikian pula dengan hati yang terlalu keras/beku. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus, maka jiwanya akan sangat sulit untuk dipulihkan.
Setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, si jahat datang merampas firman yang ditaburkan dalam hati orang itu (Mat 13:19)
Marilah kita belajar dari Saul (1 Sam 9-15):
Saul dipilih oleh Tuhan dan diurapi oleh Samuel sebagai raja atas umat-Nya di Israel (1 Sam 10:1).
Dia adalah seorang muda yang elok rupanya; tidak ada seorangpun dari antara orang Israel yang lebih elok dari padanya (1 Sam 9:2).
Katanya: “Aku berasal dari kaum yang paling hina dari segala kaum suku Benyamin, suku yang terkecil di Israel.” (1 Sam 9:21)
» ketika belum berkuasa, tidak ada kesombongan di hatinya.
Ada juga orang-orang yang menghina dengan berkata: “Masakan orang ini dapat menyelamatkan kita!” (1 Sam 10:27).
Setelah Saul mendapat jabatan raja atas Israel, Allah menyertainya sehingga kemanapun ia pergi, ia selalu mendapat kemenangan (1 Sam 14:47; 10:7; 11:1-15).
Samuel berkata: “... Engkau harus pergi ke Gilgal mendahului aku, dan camkanlah, aku akan datang kepadamu untuk mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan.
Engkau harus menunggu tujuh hari lamanya, sampai aku datang kepadamu dan memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan.” (1 Sam 10:9).
Saul menunggu tujuh hari lamanya sampai waktu yang ditentukan Samuel. Tetapi ketika Samuel tidak datang ke Gilgal, mulailah rakyat itu berserak-serak meninggalkan dia.
Sebab itu Saul berkata: “Bawalah kepadaku korban bakaran dan korban keselamatan itu.” Lalu ia mempersembahkan korban bakaran. Baru saja ia habis mempersembahkan korban bakaran, maka tampaklah Samuel datang.
Kata Samuel: “Apa yang telah kau perbuat?” Jawab Saul: “Karena aku melihat rakyat itu berserak-serak meninggalkan aku dan engkau tidak datang pada waktu yang telah ditentukan, padahal orang Filistin telah berkumpul di Mikhmas, maka pikirku: Sebentar lagi orang Filistin akan menyerang aku di Gilgal, padahal aku belum memohonkan belas kasihan Tuhan; sebab itu aku memberanikan diri, lalu mempersembahkan korban bakaran.”
Kata Samuel kepada Saul: “Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah Tuhan, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab sedianya Tuhan mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya. Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap ... (1 Sam 13:1-14).
Berkatalah Samuel kepada Saul: “... pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai.”
Jawab Saul: “... rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan, Allahmu.”
Kata Samuel: “Apakah Tuhan itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara Tuhan? Sesungguhnya, mendengarkan (suara Tuhan) lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak-lemak domba jantan.
Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim.
Karena engkau telah menolak firman Tuhan, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja.” Berkatalah Saul kepada Samuel: “... aku takut kepada rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan mereka ...” (1 Sam 15)
» Saul menjadi angkuh ketika kehendak Tuhan dia terima. Dia lebih takut kepada manusia dari pada kepada Tuhan.
Penyelesaian yang buruk merupakan hasil dari perencanaan yang buruk dan ke-tidak-sabar-an.
(Sumber: Warta KPI TL No. 84/IV/2011 » Renungan KPI TL tgl 17 Februari 2011, Dra Yovita Baskoro, MM).