19.03 -
*Hukum*
Sepuluh perintah Allah bagi orang Kristen masa kini
Dewasa ini banyak orang bertanya: “Masih perlukah Sepuluh Perintah Allah?”
Di masa kini, anak-anak kurang ditekankan masalah hukum Allah ini. Karena banyak orang tua yang berpandangan negatif dengan kata “jangan”. Jadi, tanpa sadar mereka sering mendorong anak-anaknya mencari nilai-nilai kristiani di luar Sepuluh Perintah Allah.
Dapatkah kita menganggap bahwa perintah tersebut hanya berlaku untuk orang-orang yang hidup pada dunia Perjanjian Lama dan tidak sesuai dengan umat Perjanjian Baru? Tentunya tidak! Perintah itu tetap merupakan bagian dari Sabda Allah bagi umat-Nya.
Aku datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi, melainkan untuk menggenapinya (Mat 5:17)
Sepuluh Perintah Allah ini menyangkut soal-soal moral di dalam kehidupan manusia, agar dalam perjalanan hidup ini terbebas dari kebodohan dan nafsu.
Tetapi Sepuluh Perintah Allah ini tidak dapat diartikan sebagai suatu bentuk hukum moral saja, kita perlu membukanya untuk menemukan nilai abadinya di dalam terang wafat dan kebangkitan Yesus Kristus, kemudian ... menetapkannya dengan persoalan moral dan tantangan pada masa kini.
Jika kita merasakan bahwa tuntutan untuk melaksanakan hukum Allah (baik yang lama maupun baru) merupakan suatu keterpaksaan, beban yang diletakkan kepada kita oleh Tuhan, maka kita tidak bisa menangkap makna hukum Tuhan.
Perbedaan antara Sepuluh Perintah Allah pada masa Musa dan bangsanya dengan Sepuluh Perintah Allah pada masa kini terletak pada perbedaan iman.
Untuk menjadi seorang Kirsten, faktor yang paling mendasar adalah keputusan pribadi atas iman kepada Yesus Kristus yang bangkit dari alam maut. Iman seperti itu, yang merupakan perwujudan kasih, menjadi dasar moralitas Kristen. Tanpa pengalaman iman yang mendalam akan Kristus yang bangkit, kita merasa tidak perlu lagi mendalami Sepuluh Perintah Allah.
Sepuluh Perintah Allah (Kel 20:1-17) pertama-tama berkaitan dengan perilaku manusia. Jika seseorang mematuhi perintah Allah, memilih Allah, kehidupan, mengasihi, keadilan dan kebenaran, maka sikap hatinya akan diperbarui (Yer 31:33). Tanpa pembaruan hati, agama adalah sia-sia.
Perintah yang pertama: “Akulah Tuhan, Allahmu, janganlah menyembah berhala, berbaktilah kepada-Ku saja, dan cintailah Aku lebih dari segala sesuatu.”
ML (Masa Lalu): Bangsa-bangsa pada masa lalu menyembah dewa (matahari, bulan, bintang, laut, api, patung batu/kayu dll – allah-allah lain). Allah mengikat perjanjian dengan bangsa Israel agar bangsa Israel hanya menyembah Allah saja.
MK (Masa Kini): Seringkali dengan mudah kita menciptakan allah yang lain bagi diri kita sendiri. Kita sungguh-sungguh memujanya, biarpun kita tidak pernah berdoa di hadapannya atau sekedar menghormatinya dengan membakar lilin.
“Sesuatu” yang kita mutlakkan tersebut mungkin berupa kemalasan untuk berdoa, mode pakaian, mode ponsel, permainan, pertunjukan, suatu gerakan, aturan hidup, adat istiadat, partai politik, jabatan, harta kekayaan, dan berbagai macam hal lain.
Bukankah dalam mengejar nilai-nilai tersebut, kita juga seringkali menempuh cara-cara yang jauh dari jalan Tuhan? Juga sering menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan yang kita dewakan? Bukankah korupsi, dalam berbagai bentuknya, juga merupakan cara-cara yang seringkali ditempuh untuk memenuhi cita-cita kita?
Bukankah dalam mengejar nilai-nilai tersebut, kita juga seringkali menempuh cara-cara yang jauh dari jalan Tuhan? Juga sering menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan yang kita dewakan? Bukankah korupsi, dalam berbagai bentuknya, juga merupakan cara-cara yang seringkali ditempuh untuk memenuhi cita-cita kita?
Ketika Allah tidak sungguh-sungguh menjadi satu-satunya pedoman kita secara mutlak ... maka kita akan merasa tidak aman dan takut karena “kepastian” yang kita miliki akan hilang, Sehingga tanpa sadar kita beralih ke dunia maya dengan cara pergi ke peramal nasib, mencari perlindungan kepada setan dll.
Perintah yang kedua: “Jangan menyebut Nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat.”
ML: Bagi orang Israel, menyebut nama Allah dengan cara apa pun menjadi tindakan keagamaan. Menyebut nama Allah sama dengan memanggil Allah agar Dia hadir dan tinggal di antara mereka. Umat perjanjian Israel sangat menghormati Allah sehingga mereka pun segan untuk menyebut nama Allah. Karena di dalam kepercayaan Perjanjian Lama, ada suatu hubungan yang erat antara nama dan orang yang mempunyai nama tersebut.
MK: Sebagai umat Perjanjian Baru, Yesus telah memberi teladan pada kita untuk menyapa Allah sebagai “Bapa”. Dan Dia juga telah mengajarkan pada kita untuk bertutur kata yang baik dan benar.
Jadi, berbicaralah seperti seharusnya orang Kristen berbicara.
* Berbicara secara pantas
Selalu berbicara jujur, sederhana, jelas dan tidak berbelit-belit (Mat 5:37 – Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat).
* Berbicara ketika kita berjanji
Berjanji berarti memberikan kebenaran dari apa yang kita katakan seperti suatu ibadat kepada Allah Sang Kebenaran.
* Berbicara di dalam hidup sehari-hari
Kita tidak dapat menerima Allah sebagai Bapa kita tanpa menerima sesama kita sebagai saudara dan saudari kita.
Orang Kristen yang sejati mempunyai sikap hormat yang mendalam kepada Allah, sesama manusia, dan segala hal yang berkaitan dengan kehidupan. Sikap hormat tersebut harus nampak di dalam tutur kata kita. Jadi, kita harus berbicara ramah dan sopan kepada siapa pun juga.
Orang Kristen yang sejati mempunyai sikap hormat yang mendalam kepada Allah, sesama manusia, dan segala hal yang berkaitan dengan kehidupan. Sikap hormat tersebut harus nampak di dalam tutur kata kita. Jadi, kita harus berbicara ramah dan sopan kepada siapa pun juga.
Banyak masalah kehidupan dapat diselesaikan secara mudah bila orang sungguh-sungguh mau saling mendengarkan satu sama lain, bila orang sungguh-sungguh mencoba menangkap dan mengerti apa yang dikatakan orang lain.
Perintah yang ketiga: “Kuduskanlah Hari Tuhan.”
ML: Perintah ini sangatlah bersifat Yahudi. Hari Sabat dikhususkan bagi Allah yang beristirahat pada hari ketujuh, setelah Ia menyelesaikan penciptaan dunia selama enam hari. Berkaitan dengan hal itu, hari ketujuh – hari terakhir di dalam seminggu – harus selalu dikuduskan. Beristirahat adalah cara untuk memuliakan Tuhan.
MK: Jika kita melepaskan konteks Yahudi dari perintah ketiga dan menangkap makna terdalamnya, kita mungkin dapat mengungkapkannya dalam bentuk: di dalam ritme alamiah kehidupan, seseorang haruslah memasukkan saat kudus, hari yang dikuduskan, yang akan mewarnai seluruh hidupnya sepanjang hari dan menjadi ibadat kepada Allah.
Hari istimewa bagi orang Kristen bukanlah hari Sabat, tetapi hari Minggu, atau lebih tepat, hari Tuhan. Hari Minggu bukanlah hari terakhir dalam satu pekan melainkan hari pertama. Apa yang diperingati bukanlah hari istirahat bagi Allah tetapi kebangkitan Yesus Kristus dari kematian.
Secara historis, hukum tentang larangan bekerja pada hari Minggu mungkin lebih merupakan sisa-sisa pengaruh Sabat daripada perayaan akan hari Tuhan.
Bagi kita, hari Minggu adalah hari yang kudus, di dalam bahasa Ibrani berarti berbeda. Artinya: hari Minggu menjadi milik Allah.
Sebaiknya hari Minggu menjadi hari istirahat. Biarpun hari istirahat, tidaklah berarti kita harus berhenti sama sekali dari seluruh kegiatan. Istirahat, hiburan yang dilakukan hendaknya tidak merusak suasana hari Tuhan (Kan. 1246 art. 1 dan 1247).
Bagi kita, hari Minggu adalah hari yang kudus, di dalam bahasa Ibrani berarti berbeda. Artinya: hari Minggu menjadi milik Allah.
Sebaiknya hari Minggu menjadi hari istirahat. Biarpun hari istirahat, tidaklah berarti kita harus berhenti sama sekali dari seluruh kegiatan. Istirahat, hiburan yang dilakukan hendaknya tidak merusak suasana hari Tuhan (Kan. 1246 art. 1 dan 1247).
Pada hari Minggu, kita tidak hanya merayakan masa lalu tetapi juga merayakan masa kini. Kasih Allah dan pengampunan serta bantuan-Nya tersedia bagi kita melalui Yesus Kristus yang bangkit dari mati. Pusat ibadat hari Minggu adalah Ekaristi, saat kita berkumpul merayakan kebangkitan Kristus
Perintah yang keempat: “Hormatilah ibu-bapamu.”
ML: Bila kita berbicara tentang keluarga, kita sedang berbicara tentang masyarakat secara umum. Meskipun kehidupan keluarga mengalami perubahan bentuk, keluarga tetap merupakan dasar masyarakat.
Nilai dasar dari perintah ini adalah: terimalah dan hormatilah sesama di dalam kehidupan kita. Karena Allah telah menciptakan kita agar kita hidup di dalam kebersamaan dengan orang lain.
Bagi orang Israel, masyarakat tersebut adalah orang Israel, bangsa dan keluarga mereka. Orang Israel tidak mempunyai pengalaman sebagai suatu negara, sebagaimana yang kita kenal sekarang, atau kehidupan sebagai suatu keluarga yang terdiri dari ayah-ibu dan anak.
Keluarga dekat orang Israel adalah menggabungkan diri ke dalam kehidupan keluarga-keluarga yang lain dan ke kehidupan suku tertentu. Perjanjian, yang mengikat seorang pribadi dengan sukunya, adalah penerimaan bentuk kehidupan sosial yang tetap sebagai bangsa nomaden.
Keluarga dekat orang Israel adalah menggabungkan diri ke dalam kehidupan keluarga-keluarga yang lain dan ke kehidupan suku tertentu. Perjanjian, yang mengikat seorang pribadi dengan sukunya, adalah penerimaan bentuk kehidupan sosial yang tetap sebagai bangsa nomaden.
MK: Sekilas perintah ini sangatlah terbatas cakupannya. Oleh karena itu, kita perlu menggali lebih dalam lagi keseluruhan perintah Allah tersebut untuk menemukan arti yang lebih mendalam yang juga dimaksudkan bagi kita semua.
Bagi kita orang Kristen, perintah ini untuk menguduskan semua hubungan kita satu sama lain, seperti antara orang tua dengan anak-anak, majikan dengan pekerja, aparat pemerintah dengan warga negara, pastor paroki dengan umat paroki dll. Kita semua adalah bagian dari umat Allah, komunitas orang-orang percaya yang disatukan oleh Roh Allah.
Relasi Kristiani pertama-tama adalah bahwa kita disatukan oleh Roh Allah, yang bekerja di antara kita dengan cara yang berbeda. Jadi, kewajiban kita yang utama adalah mendengarkan apa yang dikatakan oleh Roh melalui sesama kita.
Perintah yang kelima: “Jangan membunuh.”
ML: Perintah ini sangat tegas, langsung dan lugas.
Sesungguhnya, secara total Allah memihak kehidupan. Maka, kita tidak akan pernah menjadi anak-anak Allah bila kita tidak memihak kehidupan, setiap pribadi di dunia ini.
MK: Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk memahami kehidupan seperti cara Yesus memahaminya. Perintah ini adalah suatu ajakan yang positif “hargailah kehidupan tanpa terkecuali!”
Di dalam kehidupan kita, ada banyak “pembunuhan yang tidak pernah kita pikirkan”
* Dewasa ini, beberapa orang sangat peka pada nilai kehidupan. Misalnya: menolak perang, menolak hukuman mati dll. Sayangnya, ada bentuk-bentuk lain pembunuhan yang makin diterima banyak orang. Misalnya: aborsi (pengguguran kandungan ~ menghilangkan kehidupan yang telah dipercayakan kepada seorang ibu).
* Perbuatan manusia mencakup juga perkataan manusia. Misalnya: Aku tidak suka hidup bersamamu; Kamu menghalang-halangiku – enyahlah dari hadapanku; Aku tidak ingin kamu menjadi tetanggaku; Aku tidak menginginkan kamu di rumah; Aku tidak ingin bersamamu, enyahlah dari hadapanku”
Makna dari semuanya itu “Kamu harus menyesuaikan diri dengan kehidupanku, kamu harus memenuhi kebutuhanku. Aku tidak peduli apa pun tentang dirimu dan kehidupanmu. Siapa kamu, bagaimana kamu bertumbuh, apa yang kamu pikirkan atau katakan, semuanya itu tidak berarti bagiku. Aku ingin hidup tanpa dirimu.
Makna dari semuanya itu “Kamu harus menyesuaikan diri dengan kehidupanku, kamu harus memenuhi kebutuhanku. Aku tidak peduli apa pun tentang dirimu dan kehidupanmu. Siapa kamu, bagaimana kamu bertumbuh, apa yang kamu pikirkan atau katakan, semuanya itu tidak berarti bagiku. Aku ingin hidup tanpa dirimu.
* Dalam kehidupan dan pertumbuhan, kita dapat dilukai dengan berbagai cara. Seorang anak dilukai secara kejam oleh anak yang lain. Seorang anak remaja merasa kurang diperhatikan dan dicintai karena dicemoohkan oleh temannya. Inisiatif dan kegembiraan yang sangat penting di dalam pertumbuhan seorang karyawan yunior dihancurkan oleh rekan seniornya di tempat kerja.
Banyak orang membawa luka yang ditorehkan oleh orang lain. Kita hidup bersama orang lain dan “tidak ada orang yang hidup sendirian”.
Banyak orang membawa luka yang ditorehkan oleh orang lain. Kita hidup bersama orang lain dan “tidak ada orang yang hidup sendirian”.
Sepanjang hidup kita, kita adalah pembangun atau penghancur.
Sikap kita terhadap kehidupan menampakkan masa lalu kita yang telah membentuk diri kita sekarang ini.
Banyak orang yang peduli dengan kehidupan, tetapi hanya kehidupan mereka sendiri, suatu kehidupan yang sesuai dengan keinginan mereka sendiri (selalu berusaha memaksakan kehendaknya agar segala sesuatu sesuai dengan harapan mereka. Akhirnya... untuk menyelesaikan persoalan, muncullan tanda kelemahan berupa kekerasan fisik, baik di dalam masyarakat maupun di dalam rumah. Jadi, kehidupan yang berpusat pada diri sendiri, tanda bahwa mereka tidak mempunyai Roh Allah yang menjiwai hidup mereka.
Seseorang yang “membunuh” dengan kemarahan atau senjata adalah orang yang sudah tidak mau membawa kehidupan kepada orang lain. Orang yang demikian adalah seorang pribadi yang gagal.
Perintah yang keenam: “Jangan berzinah.”
ML: Perintah ini sederhana dan lugas, perintah ini harus dibaca dengan latar belakang Perjanjian Lama. Pada dasarnya, seksualitas adalah baik karena dapat menjadikan pria dan perempuan menjadi lebih sesuai dengan kehendak Allah, tidak sendirian dan terkucilkan tetapi dalam kebersamaan yang kreatif.
Bagi orang Israel, keluarga dan kehidupannya merupakan bagian perjanjian. Mereka saling menghormati sesama, termasuk menghormati ikatan kekeluargaan.
Jadi, tindakan jahat yang harus dihindari adalah menghancurkan kesatuan sebuah keluarga, menyerang rumah tangga orang lain. Bagi mereka, perintah ini lebih memiliki arti sosial daripada arti seksual.
Jadi, tindakan jahat yang harus dihindari adalah menghancurkan kesatuan sebuah keluarga, menyerang rumah tangga orang lain. Bagi mereka, perintah ini lebih memiliki arti sosial daripada arti seksual.
MK:. Bagi kita orang Kristen, hubungan seksual antara pria dan perempuan merupakan bagian dari Kerajaan Allah. Kehidupan seksual pria dan perempuan tidak berada di luar pertumbuhan hubungan kita dengan Allah dan sesama sebagai orang Kristen.
Seks itu tidaklah jelek; seks itu indah. Kenikmatan seksual merupakan suatu keindahan.
Akan tetapi, mencari kenikmatan seksual tanpa cinta yang dikuduskan dan tanggung jawab bagaikan membuka bibir tanpa mengeluarkan suara. Suatu perbuatan tanpa perasaan.
Akan tetapi, mencari kenikmatan seksual tanpa cinta yang dikuduskan dan tanggung jawab bagaikan membuka bibir tanpa mengeluarkan suara. Suatu perbuatan tanpa perasaan.
Secara moral, seksualitas tidak ditentukan oleh nilai biologis; seksual telah ditebus dan merupakan cinta yang kreatif, suatu cinta yang menyembuhkan, mengembangkan dan mencipta.
Jika seksualitas harus dikuduskan dan ditebus, maka tidak seharusnya disalahgunakan. Jadi, orang Kristen seharusnya memiliki kesetiaan yang penuh terhadap seks di dalam perkawinan.
Jika seksualitas harus dikuduskan dan ditebus, maka tidak seharusnya disalahgunakan. Jadi, orang Kristen seharusnya memiliki kesetiaan yang penuh terhadap seks di dalam perkawinan.
Perintah yang ketujuh: “Jangan mencuri.”
ML: Perintah ini merupakan ungkapan yang sangat jelas akan keadilan, yang bertujuan menegakkan perjanjian; tidak melakukan perbuatan yang merugikan saudara-saudari dengan mengambil barang milik mereka. Secara singkat isinya adalah masalah eksploitasi – eksploitasi terhadap saudara, mereka yang lemah dan tak berdaya, mereka yang bergantung kepada kita.
MK: Pemahaman kita akan keadilan seringkali sangat sempit dan dangkal. Hampir secara khusus berkisar pada kepemilikan harta dan bagaimana kepemilikan tersebut dicuri atau dirusakkan secara tidak adil. Pemahaman kita tidak menyangkut kebutuhan; bukan pula bagian dari persaudaraan.
Kedatangan Yesus ke dalam sejarah umat manusia memperdalam dimensi keadilan. Berdasarkan Mat 25:31-46, keadilan akan ditegakkan pada saat penghakiman terakhir. Jadi, tugas utama orang Kristen adalah membangun persaudaraan di dalam lingkungan hidupnya, sesuai dengan doa Yesus (Yoh 17:21).
Perintah yang kedelapan: “Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu.”
ML: Orang Israel adalah suatu bangsa yang dibentuk oleh suatu perjanjian. Perjanjian mengarahkan mereka untuk memperhatikan satu sama lain seperti juga mengarahkan mereka kepada Allah. Perjanjian secara mendalam mempengaruhi mereka untuk mengakui bahwa Allah adalah sumber kebenaran.
MK: Banyak orang sangat hebat dalam berbicara tentang kebenaran pada setiap kesempatan dan tempat, tapi tanpa kasih.
Bagi mereka, kebenaran merupakan suatu tongkat untuk memukul orang lain, bukan sesuatu yang seharusnya membangun relasi.
Sementara yang lain merasa demikian “mengasihi” sehingga mereka tidak pernah menegur orang lain dengan kebenaran supaya hubungan tetap terjaga.
Bagi mereka, kebenaran merupakan suatu tongkat untuk memukul orang lain, bukan sesuatu yang seharusnya membangun relasi.
Sementara yang lain merasa demikian “mengasihi” sehingga mereka tidak pernah menegur orang lain dengan kebenaran supaya hubungan tetap terjaga.
Jika seseorang ingin dapat bertumbuh dan berkembang dalam kebenaran harus bebas dari dosa.
Akibat dari dosa, di hatinya selalu diliputi ketidak percayaan/berprasangka buruk terhadap sesama. Hal ini terjadi karena dia melihat orang lain dan berbagai kejadian menurut pandangan yang telah terbentuk dan tertanam di dalam dirinya.
Akhirnya ... dia memiliki kecenderungan untuk melindungi ketidakamanannya dengan memalsukan fakta/berbohong.
Di balik setiap luka batin terdapat kebohongan, penyimpangan, dan prasangka. Luka batin demikian hanya dapat disembuhkan oleh kebenaran.
Akibat dari dosa, di hatinya selalu diliputi ketidak percayaan/berprasangka buruk terhadap sesama. Hal ini terjadi karena dia melihat orang lain dan berbagai kejadian menurut pandangan yang telah terbentuk dan tertanam di dalam dirinya.
Akhirnya ... dia memiliki kecenderungan untuk melindungi ketidakamanannya dengan memalsukan fakta/berbohong.
Di balik setiap luka batin terdapat kebohongan, penyimpangan, dan prasangka. Luka batin demikian hanya dapat disembuhkan oleh kebenaran.
Jika seseorang tidak mau menerima kebenaran tentang dirinya sendiri, ia menjadi tertutup terhadap rahmat Allah. Jadi, kita harus berbicara kebenaran dalam kasih, yaitu: tulus, dapat diandalkan, jujur, dan dapat dipercaya.
Perintah yang kesembilan: “Jangan mengingini istri sesamamu.”
Perintah yang kesepuluh: “Jangan mengingini milik sesamamu secara tidak adil.”
Kedua perintah di atas tidak mengatur tindakan semata-mata, tetapi keduanya berbicara tentang “keirihatian”.
Iri hati adalah tanda tak mampu, menginginkan sesuatu tetapi tidak bisa kita punyai.
Iri hati adalah tanda tak mampu, menginginkan sesuatu tetapi tidak bisa kita punyai.
Jadi, kedua perintah terakhir ini berbicara tentang sikap dan keinginan. Hal ini diatur oleh hati, bagian terdalam dari diri sesorang.
Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku. Kebenaran itu akan memerdekakan kamu (Yoh 18:37; 8:32)
Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku. Kebenaran itu akan memerdekakan kamu (Yoh 18:37; 8:32)
(Sumber: Warta KPI TL No. 72/IV/2010 » Sepuluh Perintah Allah bagi Orang Kristen Masa Kini, Finban Connolly, CSsR dan Peter Burns, CSsR).