Senin, 05 September 2016

Badai pasti berlalu



Pada saat badai terjadi (hujan disertai angin ribut), justru induk rajawali terbang meninggalkan anak-anaknya. Tetapi dia tetap mengawasi dari kejauhan dengan sorotan matanya yang tajam. Bukan karena dia tidak sayang pada anak-anaknya, tetapi melatih anak-anaknya agar kelak mereka mempunyai kekuatan, menjadi rajawali-rajawali muda yang gagah berani dan militan dalam menghadapi badai sebesar apa pun. Selesai badai biasanya induk rajawali akan kembali sambil membawa makanan kesukaan anak-anaknya. 

Demikian juga dengan kita. Banyak badai-badai dalam kehidupan kita (ekonomi, rumah tangga, sakit penyakit dll). Tuhan mengizinkan hal itu terjadi untuk melatih iman percaya kita kepada-Nya, agar kita boleh survive di dalam segala kondisi kehidupan ini. 

Tuhan ingin melatih kita, agar kita bertumbuh menjadi prajurit-prajurit Kristus yang gagah berani dan militan. Bukan yang cengeng atau hanya tahu meminta dan meminta. 

Banyak orang kristen tidak mengalami mukjizat dalam kehidupannya karena mereka hanya duduk dengan setia di bangku gereja/persekutuan doa dan mendengarkan kotbah yang bagus-bagus, bahkan menangis ketika mendengarkan kotbah dan berdoa: “Tuhan, aku percaya. Aku sungguh percaya pada-Mu.” 

Mereka melekat di perahu keraguan/pergumulan, tidak berani melompat ke luar untuk mendapatkan Tuhan. Akhirnya mereka menyerah pada nasib/takdir (menerimanya seakan-akan itu keputusan sorga), meyakini bahwa itu sebagai kehendak Allah, tidak berniat untuk mengubahnya – iman seperti itu bukan iman kristen

Ingatlah iman itu menentang nasib! Berani melompat ke luar dari gelap kepada terang. Jadi Tuhan tidak bisa dinalar, Dia memerintahkan yang tidak mungkin dan membuatnya menjadi mungkin. 

Iman adalah sebuah anugerah Tuhan (1 Kor 12:9). Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr 11:1). Jadi, mukjizat akan terjadi jika kita mendengarkan firman Tuhan, mempercayainya, dan berani melakukannya

Percayalah bahwa melalui kebangkitan-Nya, Yesus telah menunjukkan bahwa Dia mampu mengubah dunia, dapat mengalahkan badai/menang atas iblis, mampu mengubah pemandangan di panggung kehidupan kita. 

Simon telah bekerja sepanjang malam bekerja keras dan tidak menangkap apa-apa, tetapi Yesus tetap memerintahkan menebarkan jala juga. Mereka melakukannya, sehingga mereka menangkap sejumlah besar ikan (Luk 5:1-11). 

Perkawinan di Kana, ketika kehabisan anggur, ibu Yesus berkata: “Mereka kehabisan anggur.” Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau dari padaKu, ibu? SaatKu belum tiba.” Meskipun ditolak ibu Yesus tetap berkata kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu.” (pesan Bunda Maria yang pertama). Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: “Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air. Mereka pun mengisinya sampai penuh – inilah iman yang luar biasa dari ibu Yesus dan pelayan-pelayan. Setelah pemimpin pesta mengecap air, yang telah menjadi anggur... (Yoh 2:1-11). 

Sebagai orang yang bergantung pada Tuhan, kita harus percaya bahwa di tengah badai itu ada kuasa sorgawi yang siap mengangkat kita, memberikan banyak pertolongan supaya kita selamat. Ketika badai datang, diperlukan iman yang teguh. 

Tuhan tidak pernah mempersoalkan badai itu berasal dari mana (karena kesalahan kita - Mzm 107:17 atau karena kehendak-Nya - 1 Ptr 4:19). Yang penting bagi Dia, ketika kita berteriak memohon pertolongan-Nya, Dia selalu mengulurkan tangan-Nya untuk membantu

Allah tidak menjamin selama mengarungi laut selamanya akan tenang. Janji-Nya: “Aku menyertai engkau sampai akhir zaman.” 

Marilah kita belajar dari Petrus (Mat 14:22-33; Mrk 6:45-52) 

[Mat 14:22-24] Yesus memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang... Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai. diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal 

» Banyak orang berpikir bahwa jika melakukan kehendak Allah akan bebas dari segala masalah. Tidak! Kadangkala Allah mengizinkan terjadinya suatu penderitaan karena Dia hendak menguji seberapa dalamnya iman kita kepada-Nya

Tetapi bukan berarti setiap penderitaan atas kehendak-Nya (Yak 1:14 – Tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya). Misalnya: masuk penjara karena korupsi. 

[Mrk 6:48] Ketika (1) Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka (2) kira-kira jam tiga malam (3) Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan (4) Ia hendak melewati mereka. 

» (1) Pada saat Yesus berada di bukit, Dia mengawasi murid-murid-Nya yang sedang berjuang menghadapi angin sakal. Allah punya penglihatan yang sangat baik, Allah peduli pada setiap pergumulan kita. 

(2) Ketika waktunya sudah tiba, Yesus datang hendak menolong mereka. Tetapi seringkali kita tidak sabar menunggu waktunya Tuhan menolong (2 Ptr 3:8 – di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari). Yesus hadir dan menyatakan kuasanya dengan berjalan di atas air. 

(3) Kejadian ini menggambarkan bahwa di tengah badai yang membuat orang ketakutan, di sana Tuhan hadir menyatakan kuasanya. 

(4) Yesus tahu di mana murid-muridnya berada, karena Dia yang menempatkan mereka di sana. Yesus membiarkan badai itu terjadi sebentar, tujuannya ialah Dia ingin melihat reaksi para murid-Nya “apakah mereka bisa bereaksi dengan tepat dan mempunyai kepercayaan aktif terhadap-Nya”. 

[Mrk 6:49] Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: “Itu hantu!”, lalu berteriak-teriak karena takut 

» Ketika Allah ingin menyatakan kasih-Nya, mereka ketakutan. Hal ini terjadi karena mereka belum memiliki relasi yang akrab dengan-Nya, padahal setiap hari mereka selalu bersama-sama dengan Yesus. 

[Mrk 6:50] Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: (5) “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” 

» Meskipun semua murid-murid-Nya mendengar perkataan Yesus (5), tetapi hanya Petrus saja yang mendengarkan-Nya (menanggapinya secara pribadi). 

Tindakan Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air ini bukan sekedar reaksi spontan saja tetapi ada juga sebuah kekuatan dari dalam dirinya (jiwanya merasa tenang ketika mendengarkan perkataan Yesus; semangatnya bangkit sehingga mampu menanggalkan kekuatirannya), karena dia percaya bahwa Yesus sanggup mengubah keadaan

[Mat 14:28] Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: “Tuhan, apakah Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” 

» Meskipun mengenal Yesus, Petrus tidak percaya pada sembarang roh/pengalaman supranatural. Petrus mengatakan sesuatu yang bersifat pribadi. 

Cara membedakan roh – simbol kasih Kalvari tidak ada pada roh-roh yang palsu dan mereka tidak mampu melibatkan siapa pun dari rasa bersalah/kuasa dosa (pasti tidak membawa kedamaian). 

[Mat 14:29] Kata Yesus: “Datanglah! Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. 

» Ketika mendengarkan Sang Sabda berbicara, Petrus mengerti bahwa dia ditantang untuk bangkit. Meskipun masih ada badai, Petrus mengeluarkan potensi yang dari dalam (langsung turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus). 

Ketika Petrus ke luar melompat dari perahu. Dia menggoncangkan perahu itu dan melihat Tuhan bekerja. Sikap ini membuat murid-murid yang lain terheran-heran. Petrus mengalami mukjizat karena matanya tertuju pada sumber mujizat (mendengar, percaya dan bertindak dalam ketaatan). 

[Mat 14:30] Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: “Tuhan, tolonglah aku!” 

» Berjalan di atas air, Petrus merasa seperti berjalan di atas batu keras. Tetapi ketika dia mulai sadar, memalingkan pendengarannya/berhenti percaya, maka mujizat pun berhenti

Ketika hidup kita terfokus pada Tuhan, maka kita mampu melewati badai kehidupan ini. Tetapi ketika kita memalingkan sedikit saja dari Tuhan, maka seluruh permasalahan dunia akan masuk dan menguasai hidup kita … akhirnya segala kekuatiran muncul di dalam hati. 

Memiliki iman adalah sebuah keharusan, iman percaya kita kepada Allah harus lebih dari pada perasaan atau pengertian kita. Jika kita ingin melewati badai kehidupan, memohonlah karunia iman pada Tuhan. 

[Mat 14:31] Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang. 

»  Danau Galilea terletak 211 m dibawah permukaan laut; danau itu berada di tengah lembah Yordan dan dikelilingi bukit-bukit, membuatnya beroleh angin kering yang meniup turun dan badai dapat datang secara tiba-tiba. 

Angin badai di danau Galilea adalah bagian utama dari keajaiban yang dialami Petrus – harus ada angin badai, agar Petrus dapat berjalan di atas air. 

Yesus sudah memberikan otoritas untuk menghadapi badai kehidupan (Mrk 16:17-18), tetapi kadang-kadang kita kurang percaya dengan kuasa yang telah diberikan-Nya sehingga kita tidak dapat mengatasi gelombang kehidupan dan mengubah dunia. 

Marilah kita belajar dari anak kecil, meskipun dia tidak mengerti tentang definisi iman, tetapi dia telah mempraktekkannya. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 56/XII/2008 » Renungan KPI TL Tgl 16 Oktober 2008 & Warta KPI TL No. 94/II/2012 » Renungan KPI TL Tgl 26 Januari 2012, Dra Yovita Baskoro, MM).