14.09 -
*Orang Kudus dan tokoh Alkitab*
Santa Maria Magdalena de Pazzi
Pagi itu mentari bersinar cerah menghangatkan rumputan hijau yang terhampat di taman sebuah villa di Italia. Akan tetapi, rupanya kehangatan itu masih kalah dengan kehangatan mentari sejati yang menghangatkan taman hati seorang anak kecil berusia dua belas tahun.
Dipenuhi dengan kasih Allah yang berlimpah-limpah
dalam hatinya, anak perempuan kecil itu akhirnya mengalami suatu ekstase, hal
yang jarang dialami oleh seorang anak seumurnya.
Namanya adalah Caterina
de Pazzi, lahir pada tahun 1566 dan meninggal pada tahun 1607. Di dalam
taman jiwa-jiwa yang mencintai Allah, ia tumbuh bak sekuntum bunga yang mekar
demi kemuliaan Allah, dengan mengabdikan hidupnya dalam Biara Karmel di kota
kelahirannya, nama biaranya adalah Maria Magdalena de Pazzi, dan demikianlah
ia dikenal kemudian hari sebagai sekuntum
bunga manis, dari Firenze, Italia
Sejak usia sepuluh tahun ia sudah mempersembahkan
hidupnya kepada Allah. Kemudian dalam usia yang sangat muda, yaitu 16 tahun, ia
masuk ke Biara Karmel. Hidupnya ditandai dengan kesucian yang besar, penyangkalan diri, dah hidup doa yang mendalam. Ia mengalami ekstase beberapa kali dalam
hidupnya, mendapatkan visiun
perjalanan sengsara Yesus, juga menerima
stigmata dalam jiwanya.
Pada tanggal 3 Mei 1592, Magdalena merasakan
cintakasih Allah yang besar berlimpah-limpah memenuhi hatinya. Hal ini
membuatnya berlari-lari dan membunyikan lonceng di biaranya seraya berseru nyaring
kepada jiwa-jiwa, "Cintailah Sang Cinta!"
Cintakasih yang luar biasa kepada Allah itu demikian
berkobar-kobar dalam hatinya sehingga membuatnya memohon agar dapat menderita
sebanyak-banyaknya bagi Allah yang dikasihinya.
Hal itu dikabulkan Tuhan beberapa tahun kemudian.
Selama tiga tahun tanpa henti ia mengalami penderitaan lahir dan batin yang
belum pernah dideritanya seumur hidupnya. Penderitaan ini mencapai puncaknya
pada tanggal 25 Mei 1607. Setelah berjuang dalam penderitaan sakit pada
tubuhnya selama sekitar enam jam, Magdalena pun akhirnya menghembuskan nafas
terakhirnya.
Magdalena senantiasa mengarahkan pandangannya ke sorga.
Hal ini menghantar jiwanya ke
dalam lembah ilahi yang penuh dengan
pengalaman akan Allah Tritunggal Mahakudus. Pengalaman Ilahi yang
dialami Magdalena ini begitu konkret mewarnai hari-harinya.
Kehidupan Trinitas yang dialaminya itu tidak tertutup
bagi dirinya saja, namun terpancar
keluar kepada sesamanya. Hal ini sebagaimana cintakasih Allah Tritunggal
Mahakudus sendiri yang senantiasa mengalir dari kepenuhan-Nya, sehingga
terciptalah manusia dan alam semesta. Dengan cinta inilah Magdalena memainkan
nada-nada kehidupannya.
Magdalena menggambarkan bahwa Allah Bapa menghembuskan
nafasnya di setiap makhluk ciptaan seraya merindukan keselamatan mereka. Allah
Putera menarik nafas di dalam mereka agar mereka semua berkenan di hati Allah
Bapa, dan Allah Roh Kudus pun bernafas di dalam setiap ciptaan itu untuk
menuntun mereka di jalan sempit kebajikan demi tercapainya kesempurnaan.
Pada hakekatnya Allah adalah kasih. Setiap ciptaan
merupakan luapan dari kasih Allah yang berlimpah ruah ini. Akan tetapi, karena dosa
dan kehendak bebasnya, manusia
kehilangan sebagian kemampuannya untuk menerima segala rahmat dan karunia Allah
secara utuh.
Untuk itulah Sang Sabda berinkarnasi menjadi manusia untuk menjadi sumber atas segala rahmat
bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya.
Magdalena menegaskan bahwa sesungguhnya sekali pun
manusia tidak berdosa, Yesus tetap datang ke dunia ini. Motivasi utama kedatangan Yesus ke dunia
ini adalah kasih-Nya
yang besar kepada umat-Nya.
Cintakasih-Nya yang besar kepada kita itulah yang
telah membuat-Nya menyeberangi jurang dalam yang ada antara manusia dan Allah, bagaikan
pemuda yang jatuh cinta (lupa daratan)
meninggalkan segala kemuliaan-Nya.
Sang Sabda yang adalah Allah menebus dosa manusia
dengan segala kemanusiaan-Nya lewat sengsara dan wafat-Nya di kayu salib.
Oleh
karena itu, tak ada
manusia pun yang dapat selamat jika tidak melalui-Nya. Dialah jalan
yang menghantar jiwa-jiwa kepada keabadian, kepada keselamatan kekal.
Magdalena selalu menghidupkan kembali peristiwa
inkarnasi dari Sang Sabda dan perjalanan sengsara-Nya dalam ziarah kehidupannya.
Kehidupan Yesus Kristus dan kisah sengsara-Nya selama di muka bumi, tidak lagi
tinggal menjadi cerita sejarah, namun dihayati
dengan kesungguhan oleh Magdalena sehingga seolah-olah hidup kembali
dalam dirinya.
Sampai selamanya ciptaan tidak dapat berubah menjadi Sang Pencipta. Oleh sebab
itu, Sang Penciptalah
yang menjelma menjadi seperti ciptaan dalam peristiwa inkarnasi Sang Sabda.
Kemanusiaan
Sang Sabda ini menjadi
tangga yang menghubungkan dunia dengan sorga, perahu yang menghantar
jiwa-jiwa ke pelabuhan abadi.
Spiritualitas Magdalena ini terpusat kepada Kristus,
yang dengan darah-Nya yang tercurah telah menciptakan manusia-manusia baru yang
diperanakkan bukan oleh daging melainkan oleh Roh. Magdalena memeditasikan
curahan Darah Kristus yang mengalir dari luka-luka-Nya membasuh dosa-dosa
manusia dan menjadikan manusia itu baru.
Jiwa yang membiarkan dirinya dialiri oleh Darah Kristus akan diubah
semakin hari semakin serupa dengan Kristus hingga tercapailah persatuan
dengan Allah karena Darah Kristus yang tertumpah.
Yesus datang ke dunia
karena cinta. Oleh karena
itu, tak ada yang lebih ditekankan oleh Magdalena selain cintakasih. Manusia
diciptakan oleh Kasih, ditebus oleh kasih dan hanya dengan Kasih pulalah
manusia dapat sampai ke rumah Bapa.
Cintakasih yang sejati kepada Tuhan akan
terpancar kepada
sesama, dan terungkap lewat kecintaannya terhadap Ekaristi, sebab Ekaristi
adalah Sakramen Cintakasih
yang menghadirkan kasih Allah secara nyata di dunia ini di masa selarang.
Persatuan
dengan Allah adalah sumber kebahagiaan
manusia. Dan ini juga merupakan kerinduan Tuhan sendiri, yang
seolah tak tahan melihat siapa pun yang tak serupa dengan diri-Nya.
Oleh karena itu, perjalanan menuju persatuan ini
mengandung permurnian,
asimilasi
(proses untuk semakin hari semakin serupa dengan Kristus), dan di atas
segalanya adalah kasih dan kerendahan hati. Semua
ini akan membimbing jiwa mampu untuk
tidak menginginkan apa pun, tidak melakukan apa pun, tidak
mendengarkan apa pun namun mengerti banyak.
Campur tangan Allah dalam jiwa yang menuntut kasih dan
kerendahan hati ini seringkali memang menyakitkan. Hal ini terjadi karena Roh
Kudus yang berkarya dalam jiwa hendak memurnikan jiwa yang kusam dan menerangi
jiwa yang suram.
Jika jiwa ingin menjadi serupa dengan Kristus untuk
mencapai persatuan cintakasih dengan-Nya, jiwa harus menerima karya Roh Kudus
yang seringkali menyakitkan itu dengan rendah hati dan pasrah.
"Tetap bekerja" bagi Magdalena berarti
menanggalkan diri sendiri sepenuhnya
mati bagi Allah serta membiarkan Allah sepenuhnya yang hidup dan bekerja di
dalam dia.
Jiwa yang sudah mencapai persatuan transforman dengan Allah akan
mengalami kedamaian di kedalaman
jiwanya, sekalipun mungkin masih ada perjuangan-perjuangan di
permukaannya.
Allah hidup secara nyata dalam jiwa dan tak dapat
dipisahkan lagi antara jiwa dengan Allah. Bagi Magdalena, kehidupan rohani bagaikan sebuah lingkaran kasih,
yang dimulai dari Allah dan berakhir
pada Allah.
Lebih jauh, jiwa harus senantiasa berpasrah kepada
Yesus dan berjalan dalam kasih agar dapat mencapai keintiman dengan Allah dan
mendapatkan kepenuhan ilahi-Nya. Mereka yang setia melakukan kebajikan ini akan
berkembang dalam cintakasih kepada Allah dan sesama. Hidup mereka menjadi perpanjangan misteri inkarnasi Kristus dan
karya penebusan-Nya di dunia ini.
Semua ini dilakukan dengan kerelaan melepaskan
kemuliaan diri sendiri. Merelakan kehendak pribadi, cita-cita pribadi,
hasrat-hasrat pribadi, semuanya diletakkan di dalam kehendak Allah.
Dalamn perjalanan menuju persatuan cintakasih dengan
Allah, memang akan selalu ada perjuangan antara roh dan daging, antara cinta
kepada diri sendiri dan kepada Tuhan. Akan tetapi, perjuangan antara cinta diri
dan cinta kepada Allah ini akan melahirkan kerendahan hati yang dapat mengatasi
setiap kesombongan.
Sesungguhnya, kesombongan merupakan hambatan utama yang merintangi persatuan antara jiwa
dengan Allah; bahkan juga relasi
dengan sesama akan rusak karenanya. Selain kasih, tidak ada kebajikan
yang lebih ditekankan oleh Magdalena selain kerendahan hati. Kerendahan
hati adalah ibu dari
kasih, dan gerbang dari
segala rahmat.
Lebih jauh, sang mistika karmelites ini mengatakan
bahwa proses
permurnian terdapat di
dalam penghampaan diri yang melepaskan secara total segala afeksi pribadinya.
Hanya kehendak Allah saja kini yang menguasai hatinya dan segala kobaran
hatinya terarah kepada Allah semata. keadaan ini akhirnya membuat rindu agar semua orang mengenal Allah dan menikmati
kasih-Nya.
Dari hari ke hari Magdalena berusaha untuk tidak berada di bawah pengaruh emosi dan afeksi
pribadinya yang dapat memancingnya kepada kemarahan dan kesedihan. bahkan
ia juga menghindar untuk tidak
menikmati segala sesuatu yang diterima oleh indra-indra jasmani maupun
rohaninya, agar tidak jatuh dalam kelekatan-kekekatan.
Sang Santa juga mempunyai devosi yang kuat kepada Bunda Maria.
"Maria yang dikandung tanpa noda dosa adalah manusia terkudus yang pernah ada dan akan tetap yang terkudus hingga
akhir zaman," demikian katanya. Magdalena menghayati Bunda Maria
sebagai ibunya dan mengantara segala
rahmat.
Ke dalam mantol perlindungan Bunda Maria Karmel,
Magdalena melemparkan dirinya untuk digendong dan dihantar menuju rumah Bapa,
sorga nan abadi. Di sanalah ia dapat memandang Allah - kekasih jiwanya - dari
muka ke muka tanpa tirai apa pun yang menghalanginya.
(Sumber:: Warta KPI TL No.136/VIII/2016 » Santa Maria Magdalena de Pazzi, Vacare Deo
Edisi Mei-Juni/Tahun VI/2004).