Setiap orang percaya memiliki panggilan Tuhan dalam
hidupnya. Sesungguhnya, semua orang percaya menerima panggilan Tuhan yang sama,
yaitu menjadi saksi-Nya.
Panggilan
Tuhan adalah suatu penetapan Tuhan tentang kehidupan kita, yang jika kita meresponi panggilan itu secara benar, maka kita akan selalu menikmati penyertaan Tuhan dalam kehidupan.
Jadi,
Kesaksian bukan hanya tentang kesuksesan dan kesembuhan saja. Tetapi juga
meliputi kegagalan dalam pergumulan atau mengalami sakit-penyakit yang belum
disembuhkan, diberi kekuatan oleh Tuhan untuk tetap percaya dan tidak menjadi
putus asa karena mengalami penyertaan-Nya.
Lima Dimensi Panggilan Tuhan
Dimensi pertama: Tuhan memanggil kita untuk mengalami proses pembentukan yang akan menjadikan kita
suatu pribadi seperti yang sudah Dia rencanakan (Kej 1:26 - Baiklah Kita
menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita). Hasil akhir yang Tuhan sudah
tetapkan buat setiap kita adalah menjadi penjala manusia (Mat 4:19).
Akan
tetapi ada banyak orang percaya yang meresponi panggilan Tuhan dengan keliru,
sehingga tidak ada perubahan ke arah yang positif, melainkan mengalami
perubahan ke arah yang negatif.
Dalam
kemahatahuan-Nya, Tuhan sudah mengetahui dengan jelas apa yang harus kita
kerjakan dalam fungsi pelayanan kita di masa yang akan datang.
Untuk
bisa berfungsi seperti yang Tuhan inginkan, pertama-tama Tuhan akan membentuk
hidup kita terlebih dahulu, sehingga kita menjadi sosok pribadi yang akan bisa
berfungsi dengan maksimal dan sempurna untuk tugas yang Dia rencanakan.
Ketika
Tuhan menciptakan kita ulang (membentuk kita kembali, lahir baru), kita akan mengalami perubahan hidup, jika mau belajar meresponi setiap
peristiwa yang terjadi dengan respon yang tepat.
Karena
itu, belajarlah untuk lebih “waspada”; apapun yang terjadi dalam hidup kita.
Ingatlah! Respon yang tepat akan membuat proses pembentukan dalam hidup kita selesai dengan cepat.
Dimensi ke dua: Tuhan memanggil kita untuk diberkati dan menjadi saluran berkat.
Alasan
mengapa sampai saat ini banyak orang percaya masih terus hidup dalam pergumulan
adalah karena mereka meresponi panggilan pertama dengan respon yang salah.
Selama
kita meresponi panggilan Tuhan dengan benar, kita pasti akan selalu menikmati
berkat Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain.
Selama
ini, ada cukup banyak orang percaya yang masih terus mencari gereja atau
komunitas, hanya karena mereka ingin “menghindari” konflik yang ada. Mereka
tidak tahu bahwa konflik itu adalah rahmat.
Tuhan
sengaja mengirim orang-orang untuk “membantu” kita keluar dari konflik agar
kita bisa menanggulanginya (1 Kor 11:19 – Di antara kamu harus ada perpecahan,
supaya nyata nanti siapakah di antara kamu yang tahan uji).
Beragam karakter teman:
· Ada teman yang bersifat keras, dialah
sebenarnya yang mendidik kita untuk berani dan bersikap tegas.
· Ada teman yang lembut, dialah sebenarnya yang
mengajarkan kepada kita cinta dan kasih sayang terhadap sesama.
· Ada teman yang cuek dan masa bodoh, dialah
sebenarnya yang membuat kita berpikir bagaimana agar kita bersikap perhatian
terhadap orang lain.
· Ada teman yang tidak bisa dipercaya dan kata-katanya sulit dipegang kebenarannya, dialah sebenarnya yang membuat kita
berpikir dan merasa betapa tidak enaknya dikhianati, maka belajarlah untuk
menjadi orang yang dapat dipercaya.
· Ada teman yang jahat dan hanya memanfaatkan kebaikan orang lain, dia sebenarnya yang membuat kita berpikir bagaimana bisa
berbuat banyak kebaikan namun tetap waspada.
Setiap
karakter manusia di atas akan selalu baik dan mendidik kita ( Ams 27:17 - besi
menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya). Percayalah suatu saat kita pasti
akan berterima kasih pada orang yang saat ini membuat kita sengsara, sakit
hati, merasa tertindas dan merasa terhina.
Karena
melalui mereka, kita belajar bagaimana kita harus tegar dalam menghadapi hidup
ini. Tanpa orang seperti itu kita akan terlena dalam zona nyaman.
Bersyukurlah
selalu dalam setiap keadaan dan terimalah setiap orang dalam hidup kita, karena
Tuhan tidak pernah keliru mempertemukan kita pada orang sekitar kita.
Ketika
kita terus meresponi proses pembentukan Tuhan, kita pasti akan mulai mengalami
perubahan menjadi pribadi seperti yang Tuhan inginkan, dan di situlah kita akan
mulai menikmati berkat Tuhan.
Jangan
berpikir bahwa menjadi orang yang diberkati sama dengan memiliki uang yang banyak, karena itu hanya level paling dasar dari pengertian “diberkati”.
Level yang lebih tinggi dari pengertian “menjadi orang yang diberkati”
adalah: apapun yang kita kerjakan selalu Tuhan buat berhasil. Di tempat pekerjaan kita ataupun dalam
pelayanan kita, tugas apapun yang diberikan oleh pemimpin kita selalu berhasil,
selalu bisa kita tuntaskan dengan baik.
Lalu level yang tertinggi dari
pengertian “menjadi orang yang diberkati” artinya: kita selalu mengalami penyertaan, penjagaan dan perlindungan Tuhan.
Karena
itu, di level manapun kita berada, pastikan proses pembentukan terus terjadi
dalam hidup kita, karena pada dasarnya Tuhan memang memanggil kita untuk
menjadi orang yang diberkati dan menjadi saluran berkat.
Dimensi ketiga: Tuhan memanggil kita agar dapat berkomunikasi dengan diri-Nya secara langsung dan terus menerus.
Ketika
kita menyadari panggilan yang satu ini, kita tidak perlu lagi bergumul hanya
untuk mendengar suara-Nya.
Untuk
mengetahui apakah itu benar- benar suara Tuhan atau bukan, memang diperlukan
karunia ‘discernment‘ yang
artinya membeda-bedakan roh.
Sebab
sebenarnya ‘suara-suara’ yang
kita alami dalam perjalanan rohani tersebut dapat berasal dari diri sendiri, Iblis, atau Tuhan.
Untuk
mengetahui apakah itu suara Tuhan, umumnya kita dapat memeriksa:
· Apakah itu sesuai dengan Firman-Nya? Sebab misalnya jika dalam doa kita mendengar ‘suara’
misalnya yang menganjurkan kita untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai
dengan hukum/perintah Tuhan maka sudah dapat dipastikan itu bukan dari Tuhan.
· Apakah itu membawa kedamaian di hati dan memberikan buah Roh Kudus lainnya? Maka tolok
ukurnya adalah ayat Gal 5:22-23, tentang buah Roh Kudus: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan dan penguasaan diri.
Jadi jika setelah menerima pesan itu, hati tidak
damai, menjadi pemarah, tidak setia menjalankan panggilan hidup (dalam
berkeluarga atau membiara), maka sudah bisa dipastikan itu bukan dari Tuhan.
· Apakah itu menjadikan yang menerima semakin bertumbuh dalam kerendahan hati? Sebab kita
tahu dosa yang pertama bagi manusia adalah kesombongan, maka kita juga harus
waspada agar jangan disesatkan oleh kesombongan setelah mengalami pengalaman
rohani tertentu.
Sebab jika seseorang menjadi sombong, maka selanjutnya
Iblis dapat juga memakai kelemahannya, bukan untuk membangun kerohaniannya
malahan merusaknya.
Apakah suara itu mendorong kita untuk bertumbuh di dalam iman, pengharapan dan kasih? Apakah mendorong kita untuk semakin mengasihi Tuhan dan sesama?
· Apakah suara itu mengajarkan sesuatu yang sesuai dengan ajaran Magisterium Gereja Katolik? Jika
suara itu menentang Gereja Katolik, maka kita perlu mewaspadainya, karena
memang sudah menjadi keinginan Iblis untuk menghancurkan Gereja.
Pada
dasarnya Tuhan ingin berkomunikasi dan membangun hubungan baik dengan kita. Jika sampai hari ini kita masih terus mengalami pergumulan dalam mendengar suara Tuhan, ada sesuatu yang salah (dalam konsep pikir » “Aku
belum cukup berdoa, jadi aku tidak bisa mendengar suara Tuhan.” Atau “Aku masih
jatuh bangun dalam dosa, jadi Tuhan tidak mungkin berbicara dengan aku.”; gaya hidup yang menjauh dari Tuhan » ketika Tuhan memanggil kita untuk
mendekat, kita justru menyibukkan diri dengan berbagai kesibukan).
Ketika
kita mengambil sikap untuk terus membenahi hidup kita selaras dengan kebenaran,
kita pasti akan bisa dengan mudah mendengar suara-Nya, apa yang Tuhan sampaikan akan membuka pikiran kita sehingga Tuhan bisa dengan mudah
memberikan arahan-arahan dan tuntunan-Nya.
Semakin
kita mendengar suara-Nya, semakin lembut hati kita, semakin mudah untuk kita menjadi taat, semakin kita akan mengenali ketika suara yang sama diperdengarkan lewat orang-orang lain di sekitar kita.
Itu
sebabnya, orang yang keras kepala adalah orang yang tidak mau mendengar suara Tuhan, ia hanya mau mendengar suara dari pikirannya sendiri,
sementara seringkali pikirannya itu keliru, sehingga ia disesatkan oleh pikirannya sendiri.
Manfaat
yang akan kita peroleh jika kita sering mendengar suara Tuhan: kita memiliki
roh yang lembut di hadapan Tuhan; kita akan dikenali dan dimiliki oleh Tuhan
sendiri; kita akan mengenal Dia dengan benar; kita tidak akan mudah
digoncangkan oleh apa yang terjadi di sekeliling kita; kita akan semakin mudah
mengenali kebenaran yang ada dalam kehidupan orang-orang lain.
Seringkali,
ada seseorang yang memanggil kita, namun kita tidak bisa mendengarnya. Apa
penyebabnya? Karena fokus kita sedang tertuju kepada hal yang lain.
Demikian
pula dengan kita, seringkali Tuhan memanggil kita tetapi kita tidak bisa
mendengar suara-Nya. Karena fokus perhatian kita sedang tertuju kepada hal yang
lain (hati kita tidak memprioritaskan Dia), meskipun kita rindu berbicara
dengan Dia
Kalau
kita lapar dan haus akan Tuhan dan hati yang memprioritaskan Tuhan, maka kita
bisa menangkap pewahyuan Tuhan.
Hal
ini akan menolong kita untuk bertemu dengan Allah pembuat ikatan janji itu.
Sekali ikatan janji terjadi, tidak ada lagi yang tidak mungkin bagi kita.
Selama
kita terus mengerjakan bagian kita dengan setia, Tuhanpun akan mengerjakan
bagian-Nya dengan sempurna.
Maka
jika berdoa, berbicaralah secara pribadi dengan Tuhan, ungkapkanlah seluruh perasaan pribadi, baik sukacita, ketakutan, kemenangan dan kekalahan,
pemberontakan dan kesetiaan, keluhan dan pujian. Ini merupakan doa yang sejati dan doa yang manusiawi.
Dimensi keempat: Tuhan memanggil kita untuk memberi dampak dan mempengaruhi kehidupan orang-orang lain dengan kehidupan roh yang telah kita miliki.
Kalau
kita bergaul terus menerus dengan Tuhan maka kita akan menjadi serupa dengan
Allah, akan terjadi yang namanya transformasi
karakter (Kel 34:30; Bdk. 1 Kor 15:33). Ketika kita bergaul dengan Tuhan, Tuhan akan memberikan hikmat untuk mempengaruhi orang lain.
Semakin
kita merenungkan prinsip ini, semakin kita menyadari bahwa Tuhan ingin kita
menjadi orang yang berdampak bagi orang lain. Meskipun kita harus mengawali
dengan satu atau dua orang.
Apa
yang selama ini kita terima dari Tuhan, mungkin telah menjadi sesuatu yang kita
anggap “biasa,” tapi bagi orang lain itu adalah sesuatu yang “luar biasa.”
Sama
seperti nasi satu bungkus mungkin adalah hal yang biasa bagi kita, tetapi bagi
orang yang sudah berhari-hari tidak makan, nasi sebungkus itu menjadi sesuatu
yang sangat berharga dan disyukuri.
Karena
itu, belajarlah untuk membagikan apa yang Tuhan sudah percayakan dalam hidup
kita, sehingga wilayah pengaruh kita akan semakin diperluas oleh Tuhan. Tuhan
pakai akal budi kita untuk mencari apa yang harus kita buat untuk Kerajaan Allah.
Pastikan
hati kita terus tertuju kepada kebenaran, sehingga kita akan selalu ada dalam
zona aman. Karena dengan semakin banyaknya kehidupan orang yang kita pengaruhi,
selama hati kita terus tertuju kepada kebenaran, kita tidak akan pernah tergoda
untuk mengambil keuntungan atau memanfaatkan orang-orang yang hidupnya
diberkati oleh karena pengaruh kita itu.
Dimensi kelima. Tuhan memanggil kita untuk menaklukkan segala sesuatu yang negatif yang masih ada dalam hidup kita dan sekeliling hidup kita.
Jika
sampai saat ini kita masih terus bergumul menghadapi kemanusiawian, kekurangan
dan kelemahan manusiawi, dan kedagingan yang masih sering mengganggu, ingatlah
bahwa ada sebuah panggilan Tuhan yang secara khusus Dia berikan kepada kita:
Dia memanggil kita untuk menaklukkan segala hal negatif yang masih ada di dalam
hidup kita.
Jadi
sangkali diri. Untuk hal ini butuh rahmat yang luar biasa dari Tuhan. Tetapi
kalau Tuhan panggil kita, Dia yang akan memperlengkapi kita.
Kita
hanya perlu bangkit dalam kuasa Roh dan pergunakan tangan imanmu untuk meraih
anugerah dan otoritas yang Tuhan sudah sediakan buat kita untuk menaklukkan
segala kelemahan, kekurangan, kedagingan, dan kemanusiawian yang masih ada
dalam hidup kita.
Tuhan
sudah menaklukkan semua itu di kayu salib, kini kita yang bertanggung jawab
untuk menaklukkannya hal-hal negatif atas hidup kita.
Ketika
kita bisa menaklukkan semua yang negatif dalam diri kita, akan jauh lebih mudah
untuk kita menaklukkan semua yang negatif di sekeliling kita.
Karena Iblis yang terkuat yang masih
berkeliaran di dunia ini adalah Iblis yang ada di dalam kita.
Jika
kita bisa menaklukkan roh keserakahan atau hawa nafsu yang masih ada di dalam
kita, maka kita akan bisa dengan mudah menggerakkan orang lain meninggalkan
keserakahan atau menaklukkan hawa nafsu yang ada di luar sana.
Apapun
yang negatif yang masih ada dalam diri kita: ketakutan-ketakutan, trauma,
kemanusiawian, atau apapun juga, Tuhan mau kita menaklukkannya.
Tuhan
telah memberikan panggilan-Nya, maka responilah agar kita mampu melakukan
anugerah yang Tuhan berikan.
Ketika
kita meresponi panggilan-Nya dengan benar, anugerah pun akan tercurah setiap
hari secara maksimal dalam hidup kita, hidup kitapun akan mengalami perubahan
yang luar biasa.
(Sumber: Warta KPI TL No.133/V/2016 » Renungan KPI TL Tgl
21 April 2016 dan Tgl 12 Mei 2016, Dra Yovita Baskoro, MM).