Selasa, 26 April 2016

Dia tahu apa yang terbaik

Bulan Desember 2015 saya dinyatakan lulus sebagai guru SEP dan menerima kain batik 2 potong untuk seragam guru. Namun pada bulan Januari 2016, pujasera tempat suami saya berjualan ronde tidak boleh dikontrak lagi karena tempatnya dikontrak semua oleh soto Wawan.


Menghadapi masalah ini, saya merasa Tuhan tidak hadir dalam kehidupan kami. Bahkan saya berpikir untuk mengundurkan diri jadi guru SEP dan bekerja lagi ikut orang.

Lalu saya ungkapkan rencana tersebut kepada keluarga. Anak pertama saya berkata: "Ma, apakah mama tidak ingat perjuangan ikut Trainer Course dan ujiannya, membuat makalah dan belajar power point sampai bisa lulus." Anak saya yang ketiga berkata: "Jangan ma, itu kan panggilan Tuhan." Mendengar perkataan mereka, saya sungguh bersyukur karena mereka mendukung pelayanan saya.

Saya berdoa mohon hikmat pada Tuhan: "Tuhan, saat ini aku mengalami kebingungan. Jika aku tidak bekerja, bagaimana dengan kehidupan keluargaku. Tetapi kalau aku bekerja di kantor, tidak ada persiapan untuk mengajar di SEP. Tuhan, aku percaya dengan janji-Mu bahwa Engkau tidak akan membiarkan anak-Mu jatuh tergeletak. Tangan-Mu akan selalu menopangku.”

Bulan Februari saya mendapat SMS tentang lowongan pekerjaan menjadi guru bahasa Inggris, guru agama dan staf tata usaha di sebuah sekolah Katolik.

Saya langsung meluncur ke sana memasukkan lamaran untuk bekerja sebagai staf tata usaha atau guru bahasa Inggris. Di luar dugaan saya diterima sebagai guru bahasa Inggris dan guru agama.

Hari-hari pertama mengajar saya stress, karena murid-murid tidak bisa dikendalikan tingkah lakunya. Menghadapi mereka saya hanya bisa berdoa dan mohon pertolongan-Nya.

Setelah dua bulan mengajar, dalam suatu rapat kepala sekolah dan para guru, mereka mengatakan bahwa tingkah laku murid-murid tidak seperti dulu lagi, sudah lumayan baik tingkah lakunya, sudah bisa dikendalikan.

Mendengar pernyataan mereka, saya terharu karena Roh Kudus telah memampukan saya untuk mewujudkan hidup berkelimpahan dengan mengasihi murid-murid yang sangat merindukan kasih sayang.

Saya sungguh bersyukur, dengan mengajar di sekolah itu, saya masih bisa mengajar sebagai guru SEP karena pulang sekolahnya jam 13.00.

Melalui masalah ini, kami sekeluarga merasa iman kami bertumbuh semakin dewasa. Selain itu kami juga melihat bahwa Tuhan selalu hadir dalam setiap musim kehidupan kami, Dia tahu apa yang terbaik bagi kami. 

(Sumber: Warta KPI TL No.132/IV/2016).