Kamis, 10 Maret 2016

Di Damaskus aku bertemu Tuhan – Di Emaus hatiku berkobar-kobar


Hidup kita bagaikan sepucuk surat yang dapat dibaca oleh semua orang (2 Kor 3:2). Jadi, milikilah cara hidup yang baik, supaya mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatan kita yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka (1 Ptr 2:12). Ingatlah! Hal terkecil sekalipun yang kita lakukan untuk Allah itu sangat berarti.

Secara alami, kupu-kupu tak pernah tahu dengan pasti akan warna sayapnya, namun orang selalu terpana betapa indahnya kupu-kupu itu dan berusaha mendulang makna di baliknya. Kita juga tak pernah tahu betapa manis madunya, dan banyak orang berlomba-lomba mencari karena membutuhkannya. Aneka peristiwa bergulir lewat setiap kesempatan, dan gunakanlah refleksi untuk mencari makna di baliknya (Gregor neonbasu SVD).

Memandang hidup kita sebagai cerita lebih dari sebuah metafor yang kuat. Bila didalami tampak bagaimana pengalaman sendiri bercerita tentang kita (Daniel Taylor).

Marilah kita belajar dari pengalaman Saulus bertemu  Tuhan (Kis 9:1-19)

Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.

» Rencana Saulus benar-benar matang, dia menangkap siapa saja yang menaruh harap dan percaya akan seorang Yahudi kontroversial dan subversif yang telah wafat, yakni Yesus dari Nazaret.

Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?"

Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang kauaniaya itu. Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat."

Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang jugapun. Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa; mereka harus menuntun dia masuk ke Damsyik. Tiga hari lamanya ia tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum. 

Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan: "Ananias!" Jawabnya: "Ini aku, Tuhan!"

Firman Tuhan: "Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa, dan dalam suatu penglihatan ia melihat, bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi."

Jawab Ananias: "Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem. Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu."

Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku."

Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus." Dan seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis. Dan setelah ia makan, pulihlah kekuatannya.

» Ananias adalah utusan Tuhan.  Kita butuh sapaan saudara atau sahabat untuk berjalan bersama sehingga kita bisa peka melihat situasi di sekitar kita dengan mata terbuka. (Teman yang sesungguhnya hadir disaat-saat yang tersulit).

Pengalaman hidup Paulus begitu kaya.

Dia dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel, ahli Taurat (Kis 22:3; 5:34). Setelah bertemu dengan Tuhan, menjadi seorang yang giat bekerja bagi Allah (Kis 22:3 » berkotbah dan menulis).

Malahan setelah memperoleh Kristus, dia menghendaki persekutuan dalam penderitaan-Nya  agar menjadi serupa dalam kematian-Nya (Flp 3:8-11 » rela berjerih payah, di dalam penjara, didera di luar batas, kerap berada dalam bahaya maut, disesah, dilempari batu, mengalami kapal karam, terkantung-kantung di tengah laut, diancam banjir dan bahaya penyamun dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu, kerap kali tidak tidur, lapar dan dahaga, berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian  (2 Kor 11:23-28).

Dia senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika lemah, maka dikuatkan (2 Kor 12:10)

Bagi Paulus, hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Hidup di dunia berarti bekerja memberi buah (Flp 1:21-22).

Agar pembicaraan seseorang tentang keterlukaan orang lain menjadi relevan, orang itu mesti berbicara dari pengalaman keterlukaannya sendiri (The Wounded Healer ( 1979), Henry Nouwen).

Marilah kita belajar dari perjalanan dua murid ke Emaus (Luk 24:13-33)

[13-14] Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi

» Perjalanan dua orang ke Emaus adalah sebuah perjalanan iman, di mana kita mempertanyakan Tuhan yang kita imani (perjalanan yang penuh dengan  keputusasaan dan tanpa harapan).

[15-16] Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia.

» perjalanan dimana Tuhan berbicara dengan kita, Tuhan sangat dekat dengan kita, tak menjaga jarak dengan kita, namun kita tidak mengenal-Nya. Hal ini terjadi karena kita terlalu sibuk dengan diri sendiri. Ingatlah! Setiap saat adalah waktu yang tepat untuk berbicara kepada Allah. Jadi, kita butuh waktu untuk hening untuk berbicara dengan Tuhan.

[17-31] Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram.

Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?"

Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat."

Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaanNya?"

Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.

Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka.

Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka.

» perjalanan di mana Tuhan datang dan makan dan minum bersama-sama dengan kita, melalui Perayaan Ekaristi.

[32-35] Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?"

Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka.

Kata mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon." Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.

» Pengalaman di Damaskus & Emaus adalah perpaduan yang sinergis dan saling mengandaikan satu sama lain. Jadikanlah hidup kita dalam bingkai kesadaran dalam perjalanan ke Damaskus dan Emaus.

Dengan demikan, kita semua sadar bahwa hidup dan pergumulan hidup kita itu berisikan jatuh-bangun, perjuangan meraih asa yang kerap beriringan dengan kesakitan dan air mata. Namun kita yakin bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita.

Kesaksian hidup Kristiani beserta amal kasih yang dijalankan dengan semangat adikodrati, mempunyai daya kekuatan untuk menarik orang-orang (KGK 2044).

(Sumber: Warta KPI TL No.135/VII/2016 » Renungan KPI  TL Tgl  14 Juli 2016, Diakon Yanuarius Berek Fransiskus, SVD).