18.38 -
*Gereja*
Konsili
Konsili Ekumenis merupakan sebutan “gatherings” dari otoritas Gereja Katolik yang bersifat universal.
Konsili ekumenis bukan saja mengatakan “otoritas mengajar” dari Gereja Katolik, tetapi juga mencetuskan Tradisi yang di dalamnya Allah telah bekerja lewat Gereja.
Disebut ekumenis, sebab konsili tersebut melibatkan seluruh Gereja Katolik, tidak partikular atau lokal. Produk dari Konsili Ekumenis berlaku untuk seluruh Gereja, bukan Gereja setempat.
Tulisan ini merupakan ringkasan panoramik konsili-konsili yang pernah diadakan di dalam Gereja Katolik. Sebuah pemandangan keseluruhan diperlukan agar dapat melihat dengan lebih fokus posisi dari Konsili Vatikan II.
Dalam sejarah konsili, Konsili Vatikan II merupakan konsili ekumenis yang ke-21. Konsili ekumenis apa yang pertama dan yang ke dua puluh, dapat disimak dalam panorama berikut.
Uraian panoramik menyiratkan bahwa Gereja Katolik senantiasa memperbarui diri dari masa ke masa (Ecclessia semper reformanda) dengan segala pengalaman jatuh bangun.
Ada berbagai alasan mengapa konsili diadakan. Tetapi, yang sangat penting disimak ialah bahwa seiring dengan sejarah manusia yang berkembang, demikian juga tanggapan Gereja Katolik terhadap aneka persoalan yang dihadapinya.
Dalam sejarah Gereja Katolik terdapat countless konsili-konsili. Tetapi, yang dimaksud dengan Konsili Ekumenis umumnya hanya 21.
Tulisan ini lebih diinspirasikan oleh artikel “The 21 Ecumenical Councils” yang dapat disimak dalam situs internet Catholic Library, http://www.newadvent.org/library/...htm (akses 15 Agustus 2005).
Konsili Nicea berlangsung dua bulan duabelas hari. Konsili Nicea I sangat istimewa. Konsili ini terjadi atas konvokasi dari St. Alexander, Uskup Alexandria. Partisipan terdiri dari 300-an uskup (jumlah yang pasti sulit ditentukan mengingat laporan yang berbeda dari Eusebius dan Athanasius tentang estimasi para peserta). Uskup Cordova bertindak sebagai yang mewakili Paus Sylvester. Kaisar Konstantinus juga hadir. Eusebius, sejarawan Gereja, melukiskan Konsili Nicea merupakan konsili yang sangat besar mengingat para uskup di sekitar wilayah Palestina, Mesir, Yunani dan sekitarnya hadir.
Seringkali Konsili Nicea diadakan untuk “menghukum” (anathema) kesesatan yang diajarkan oleh Arius.
Tetapi tidak hanya itu. Konsili ini juga dimaksudkan untuk upaya-upaya perdamaian yang pada waktu itu sangat mahal karena perpecahan umat karena ajaran-ajaran bidaah yang terjadi. Peritus dalam Konsili ini ialah St. Athanasius, Uskup Alexandria dan St. Ephrem. Keduanya adalah doktor Gereja.
Dari Konsili ini kita mewarisi Credo Nicean, sekaligus melawan ajaran Arius tentang kodrat keilahian Putera Allah (homoousios).
St. Athanasius mengajukan rumusan “Credo” yang menegaskan kodrat keilahian Kristus, dan dengan demikian sekaligus melawan ajaran Arius yang memegang teguh bahwa Yesus hanya memiliki satu kodrat, kemanusiaan saja.
Rumusan iman ini hingga sekarang masih tetap demikian adanya, dan diucapkan dalam Misa setiap hari minggu atau hari-hari raya.
Seringkali Konsili Nicea merupakan salah satu konsili terpenting Gereja Awali. Dalam Konsili ini dihasilkan 20 kanon yang menampilkan “organisasi” (penataan) awal kehidupan Gereja pada waktu itu. Berikut kanon-kanon tersebut:
Canon 1: On the admission, or support, or expulsion of clerics mutilated by choice or by violence.
Canon 2: Rules to be observed for ordination, the avoidance of undue haste, the deposition of those guilty of a grave fault.
Canon 3: All members of the clergy are forbidden to dwell with any woman, except a mother, sister, or aunt.
Canon 4: Concerning episcopal elections.
Canon 5: Concerning the excommunicate.
Canon 6: Concerning patriarchs and their jurisdiction.
Canon 7: Confirms the right of the bishops of Jerusalem to enjoy certain honours.
Canon 8: Concerns the Novatians.
Canon 9: Certain sins known after ordination involve invalidation.
Canon 10: Lapsi who have been ordained knowingly or surreptitiously must be excluded as soon as their irregularity is known.
Canon 11: Penance to be imposed on apostates of the persecution of Licinius.
Canon 12: Penance to be imposed on those who upheld Licinius in his war on the Christians.
Canon 13: Indulgence to be granted to excommunicated persons in danger of death.
Canon 14: Penance to be imposed on catechumens who had weakened under persecution.
Canon 15: Bishops, priests, and deacons are not to pass from one church to another.
Canon 16: All clerics are forbidden to leave their church. Formal prohibition for bishops to ordain for their diocese a cleric belonging to another diocese.
Canon 17: Clerics are forbidden to lend at interest.
Canon 18: Recalls to deacons their subordinate position with regard to priests.
Canon 19: Rules to be observed with regard to adherents of Paul of Samosata who wished to return to the Church.
Canon 20: On Sundays and during the Paschal season prayers should be said standing.
Hadir dalam Konsili ini 150 uskup. Konsili dipanggil oleh Kaisar Theodosius I. Konsili Konstantinopel I sering disebut sebagai Konsili Gereja Katolik Yunani.
Konsili ini dimaksudkan untuk melawan para pengikut Macedonius yang menisbikan kodrat keilahian dari Roh Kudus.
Credo yang dimiliki Gereja Katolik saat ini adalah Credo (rumusan iman) produk dari Konsili Nicea dan Konstantinopel, yang di dalamnya Roh Kudus dan Putera ditegaskan kodrat keilahiannya (qui simul adoratur).
Konsili ini dipimpin oleh St. Gregorius Nazianze, Uskup Konstantinopel dan St. Sirilus dari Yerusalem. Dalam patristik Yunani, Konsili Konstantinopel dilaporkan memproduksi 7 kanon penting.
Tetapi dalam versi Latin, empat kanon, di antaranya kanon ketiga berisi deklarasi bahwa Patriarch Konstantinopel merupakan “New Rome” maka layak mendapat penghormatan keprimatan setelah Paus di Roma.
Konon Tradisi Gereja Latin tidak mengakui kanon ini sampai tahun 869 delegasi Paus di Roma mengakui Konstantinopel sebagai primat kedua. Pengakuan ini akan berlanjut Konsili Lateran IV (1215) dan Konsili di Florence (1439).
Lebih dari 200 uskup, Konsili ini dipimpin oleh St. Sirilus dari Alexandria, mewakili Paus Celestinus I.
Konsili mendefinisikan kesatuan personal Kristus, mendeklarasikan Maria Bunda Allah (Theotokos), melawan Nestorius, Uskup Konstantinopel, dan sekaligus menghukum Pelagius.
Konsili ini juga melawan ajaran Apollinarianisme yang mengajarkan kesesatan berkaitan dengan Yesus. Menurut Apollinaris, Kristus tidak sungguh-sungguh manusia, Ia hanya memakai “pakaian” tubuh manusia, tak memiliki “jiwa” manusia.
Dalam Konsili ini, iman akan Kristus ditegaskan sebagai sungguh-sungguh manusia.
Konsili Kalsedon diikuti oleh 150 uskup pada waktu jaman Paus Leo I (Leo Agung) dan Kaisar Marcianus.
Konsili ini menegaskan dua kodrat (ilahi dan manusiawi) dalam diri Kristus. Dan, dengan demikian melawan Eutyches yang telah diekskomunikasikan, karena mengajarkan kesesatan Monophysitism, yaitu bahwa Kristus hanya memiliki kodrat ilahi saja.
Konsili Konstantinopel Kedua ini dijalankan oleh 165 uskup, di bawah pimpinan Paus Vigilius dan Kaisar Yustinus I.
Konsili menegaskan kesesatan-kesesatan dari Origenes dan beberapa tulisan (The Three Chapters) dari Theodoret, Theodore, Uskup Mopsuestia dan Ibas, Uskup Edessa.
Konsili ini juga menegaskan berlakunya keputusan-keputusan empat konsili terdahulu, istimewanya karena otoritas mengajar dalam Konsili Kalsedon disangsikan oleh para bidaah.
Konsili Konstantinopel, di bawah Paus Agatho dan Kaisar Konstantinus Pogonatus, diikuti oleh Patriarch Konstantinopel dan Antiokia, 174 uskup dan Kaisar.
Konsili ini mengakhiri monothelitisme sekaligus mendefinisikan dua kodrat dan kehendak dari Kristus (ilahi dan manusiawi) sebagai suatu prinsip yang berbeda dalam operasionalnya.
Konsili ini mengutuk (anathematizing) Sergius, Pyrrhus, Paul, Macarius, dan para pengikutnya.
Konsili Nicea II diadakan atas inisiatif Kaisar Konstantinus VI dan ibunya, Irene, di bawah Palls Adrianus I. Konsili dipimpin oleh para utusan Paus Adrianus.
Konsili ini mengatur penghormatan terhadap icon-icon suci. Hadir dalam Konsili ini 300 sampai 367 uskup.
Konsili ini lebih dimaksudkan untuk mengurus apa yang disebut kontroversi “iconaklasme”.
Konsili Konstantinopel yang keempat ini diadakan pada waktu jaman Paus Adrianus II dan Kaisar Basilius. Sejumlah 132 uskup dan 3 utusan Sri Paus, serta 4 Patriarch dalam konsili ini melawan konsili liar yang dibuat oleh Photius melawan Paus Nikolas dan Ignatius (Uskup dan Patriarch Konstantinopel).
Konsili ini mengutuk Photius yang secara tak sah menjarah martabat ke-patriarch-an. Konsili ini - bagaimanapun juga - menegaskan betapa skisma Photius sungguh mendominasi Gereja Yunani. Dan, uniknya tidak pernah diadakan konsili di Gereja Timur untuk melawan Photius.
Konsili Lateran I adalah konsili pertama yang diadakan di kota Roma, di bawah Paus Callistus II. Partisipan sejumlah 900 uskup dan para abas (= pemimpin biara).
Konsili ini menghilangkan hak-hak yang diklaim para pangeran atau raja atas benefisi kegerejaan.
Konsili ini juga membahas disiplin dalam Gereja dan pemulihan Tanah Suci (Yerusalem) dari para penyerang, kaum tidak beriman (infidels).
Konsili ini merupakan konsili kedua di Roma, di bawah Paus Inocentius II. Peserta Konsili Lateran II sekitar 1000 uskup dan Kaisar Konrad.
Tujuannya ialah melawan kesesatan-kesesatan Ardoldus dari Brescia.
Lateran III terjadi di bawah Paus Alexander III, dan Kaisar Frederikus I. Terdapat 302 uskup.
Konsili ini mengutuk kesesatan para Albigenses dan Waldenses.
Disamping itu, konsili ini juga menerbitkan sejumlah dekrit reformasi moral.
Konsili Lateran IV diadakan pada jaman Paus Innocentius III. Hadir pada waktu itu para Patriarch Konstantinopel dan Yerusalem, 71 uskup agung, 412 uskup, dan 800 abas (pimpinan biara Maronit) danSanto Dominicus.
Konsili ini melawan secara rnendetil simbol-simbol Albigenses (Firmiter credimus), mengutuk kesesatan berkaitan dengan konsepnya tentang Allah Tritunggal dari Abas Yoakim dan menerbitkan 70 dekrit reformasi penting.
Konsili ini termasuk konsili paling penting dalam Abad Pertengahan. Sebab dalam konsili ini dilukiskan hal-hal penting dalam hidup Gereja dan kekuasaan Paus.
Konsili pertama di Lyons dipimpin oleh Paus Innocentius IV. Hadir di dalam konsili ini: para Patriarch dari Konstantinopel, Antiokia dan Aquileia (Venezia), 140 uskup, Kaisar Baldwin II (Kaisar dari Timur), St. Louis, Raja Perancis.
Konsili ini mengekskomunikasi Kaisar Frederik II dan mengarahkan Perang Salib yang baru di bawah komando Raja Perancis, melawan Saracens dan para penyerang dari Mongolia.
Konsili ini atas inisiatif Paus Gregorius X, para Patriarch Antiokia dan Konstantinopel. Hadir 15 kardinal, 500 uskup dan lebih dari 1000 partisipan para bangsawan.
Konsili ini lebih dimaksudkan untuk reunifikasi Gereja Yunani dan Roma.
Nama filioque ditambahkan dalam simbol Konstantinopel dan cara-cara baru diupayakan untuk mempertahankan Palestina dari serangan orang-orang Turki.
Di sini pula, digariskan peraturan pemilihan Sri Paus.
Konsili ini diadakan di sebuah kota di Perancis yang bernama Vienne atas perintah dari Paus Clemens V, Paus pertama yang tingga1 di Avignon. Para Patriarch dari Antiokia dan Alexandria, 300 uskup dan 3 raja (Philipus IV dari Perancis, Edward II dari Inggris, dan James II dari Aragon) hadir.
Konsili memfokuskan pada upaya-upaya Perang Salib baru sekaligus reformasi kehidupan klerus dan ajaran bahasa Timur di universitas-universitas.
Konsili Constance diadakan pada waktu skisma besar di Barat, dengan tujuan untuk mengakhiri perpecahan di dalam tubuh Gereja.
Konsili ini sah karena Gregorius XI secara formal memanggilnya. Konsili ini cukup berhasil mengakhiri skisma, segera setelah pemilihan Paus baru, Martinus V.
Berbagai perpecahan di Barat nyata dengan terdapatnya para paus, sampai akhirnya Paus yang sah (Martinus V) menegaskan dekrit konsili melawan Wyclif dan Hus.
Konsili ini unik, karena produk konsili ini menjadi ekumenis hanya ketika menjelang berakhir (pada sesi ke 42-45). Namun demikian, dekrit-dekrit sebelumnya disahkan pula Paus Martinus V.
Konsili Basel dijalankan untuk pertama kalinya di kota itu. Konsili dipimpin oleh Paus Eugenius IV dan Kaisar Sigismund dari Roma.
Tujuannya ialah perdamaian religius Bohemia.
Karena ada pertengkaran dengan Paus, konsili dipindahkan ke Ferrara (1438), kemudian ke Firenze (1439) di mana pertemuan singkat dengan Gereja Yunani berhasil dijalankan.
Konsili Basel disebut konsili ekumenis hanya sampai sesi ke duapuluh lima. Eugenius IV mengesahkan dekrit-dekrit yang berhubungan dengan pembasmian heresi, perdamaian di antara umat Kristen, reformasi Gereja dan hak-hak Tahta Suci.
Konsili Lateran kelima berjalan lima tahun, di bawah Paus Julius II dan Leo X dan Kaisar Maximilian I. Sejumlah 15 kardinal dan sekitar 80 uskup agung dan uskup ambil bagian di dalamnya.
Dekrit-dekrit keputusannya pada umumnya perihal disiplin hidup menggereja.
Perang Salib baru melawan serangan invasi orang-orang Turki juga disiapkan, tetapi terhambat oleh gejolak agama yang dimunculkan oleh Luther di Jerman.
Konsili Trente terbilang paling lama dalam sejarah konsili. Berlangsung delapan belas tahun (1545-1563) di bawah lima Paus: Paulus III, Julius III, Marcellus II, Paulus IV dan Pius IV dan dua Kaisar Charles V dan Kaisar Ferdinand. Hadir 5 kardinal utusan Tahta Suci, 3 Patriarch, 33 uskup agung, 235 uskup, 7 abas, 7 jenderal dari ordo-ordo monastik, 160 doktor teologi.
Konsili Trente dimaksudkan untuk memeriksa dan menghukum kesesatan-kesesatan yang diproklamasikan oleh Luther dan kaum reformis (protestan) sekaligus untuk pembaruan disiplin intern hidup menggereja.
Dari semua konsili, Konsili Trente bukan hanya konsili yang berlangsung paling lama, tetapi juga menerbitkan paling banyak dokumen dekrit dogmatik dan pembaruan dan menghasilkan produk-produk dokumen yang sangat berpengaruh dalam sejarah Gereja. Dari sendirinya Konsili ini juga menghukum protestantisme.
Konsili ini dipanggil oleh Pius IX. Konsili ini berlangsung dari tanggal 8 Desember 1869 dan berakhir (dihentikan) tanggal 18 Juli 1870. Tetapi, sampai tahun 1908 konsili ini belum tuntas. Hadir 6 uskup agung, 49 kardinal, 11 patriarch, 680 uskup agung, 28 abas, 29 pemimpin ordo dan tarekat. Semuanya 803 partisipan.
Disamping banyak keputusan yang penting berkaitan dengan iman dan konstitusi Gereja,
konsili juga menerbitkan dekrit infalibilitas Paus apabila berbicara ex cathedra, yaitu apabila sebagai gembala dan guru dari umat Katolik dia mendefinisikan ajaran iman dan moral bagi seluruh Gereja.
Konsili Vatikan II dipanggil oleh Paus Yohanes XXIII. Diumumkan pertama kali tanggal 25 Januari 1959. Dibuka secara resmi tanggal 11 Oktober 1962, dengan persiapan yang cukup lama. Ditutup oleh Paus Paulus VI tanggal 8 Desember 1965.
Konsili Vatikan II memproduksi 16 dokumen: tentang pewahyuan Allah, liturgi, Gereja, Gereja di dunia modern, komunikasi sosial, ekumenisme, Gereja-gereja Timur, pembaruan hidup religius, tentang awam, pendidikan calon imam, aktivitas misioner, pendidikan kristiani, relasi dengan agama-agama bukan kristen, dan kebebasan agama.
Tidak seperti konsili-konsili sebelumnya, Konsili Vatikan II tidak dimaksudkan untuk menghukum atau mengutuk bidaah atau heresi atau kesesatan yang terjadi baik di masa lalu maupun masa kini.
Konsili Vatikan II lebih dirancang untuk pembaruan hidup Gereja secara menyeluruh di dunia modern. Pada sesi pembukaannya, hadir 2540 uskup dan para partisipan lain, di dalamnya para ahli teologi dan para observers.
Konsili Vatikan II adalah emblem bagi transformasi Gereja Katolik di peradaban modern.
Dalam sejarah Gereja umumnya dikatakan bahwa Konsili Vatikan II menjadi lapangan perdebatan ramai antara kelompok tradisionalis (konservatif) dan modernis (progresif).
Yang tradisionalis ialah Kardinal Ottaviani, Kardinal Antonio Bacci, Uskup Marcel Levebvre (dari Perancis), Uskup Gerald de Proenca Sigaud (dari Jacarezinho, Brasil) termasuk di dalarnnya.
Sementara itu, kelompok modernis (umumnya mayoritas) terdiri dari tokoh-tokoh Jerman, Belgia, Belanda, Austria, Perancis, Italia dan Amerika, seperti Karl Rahner, Hans Küng, Hans Urs von Balthazar, Teilard de Chardin, Yves Congar, Gerard Philips, Walter Kasper, Joseph Ratzinger, Johannes Willebrands, Edward Schillebeeckx, Henri de Lubac, Christopher Basil Butler, John Courtney Murray, Uskup Zauner dari Linz, Austria, Julius Cardinal Dopfner, Eugene Cardinal Tisserant, Giacomo Cardinal Lercaro, Joseph Cardinal Frings, Bernardus Cardinal Alfrink, Leo Cardinal Suenens, Franz Cardinal König, Paul-Emile Cardinal Leger, Giuseppe Cardinal Siri, Paul Cardinal Richaud, Giovanni Cardinal Urbani, Francis Cardinal Spellman, Albert Cardinal Meyer, Augustine Cardinal Bea, Michael Cardinal Browne, wakil presiden Komisi Teologi dan John Joseph Cardinal Wright dari Amerika, Jean Cardinal Villot, Annibale Bugnini. Tokoh terakhir ini merupakan arsitek utama pembaruan Gereja dalam liturgi.
Di samping nama-nama ini, dari sendirinya Angelo Cardinal Roncalli (Paus Yohanes XXIII) dan Giovanni Cardinal Montini (Paus Paulus VI) termasuk dalam tokoh-tokoh yang menyerukan dengan lantang pembaruan hidup Gereja Katolik dalam Konsili Vatikan II.
( “40 Tahun Setelah Konsili Vatikan II: Bagaimanakah Peran Kaum Awam?” ; editor Dr. Henricus Pidyarto, O.Carm; Seri Filsafat Teologi Widya Sasana Vol 14 No. Seri 13, 2005; penerbit Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana, Malang bekerjasama dengan Dioma).
(Sumber:Panorama 21 Konsili Ekumenis dalam Gereja, indocell.net).