20.27 -
*Spiritualitas*
Spiritualitas Alkitabiah
Hidup ini seperti pentas sandiwara, kita adalah aktor/aktisnya. Sutradaranya (Tuhan) tidak nampak, Dia hanya mengungkapkan skenario. Kita diberi kehendak bebas dalam mengungkapkannya.
Jadi sutradara aktif, aktor/aktrisnya juga aktif. Tetapi seringkali kita tidak taat pada skenario dengan berkata: “Itu tidak realistis/sok idealis/sok moralis/sok suci.” ~ tanpa sadar cara pikir dan perasaan kita sama dengan orang dunia. Akhirnya kita ditolak sutradara ... tidak sampai ke sorga.
Dalam kehidupan Gereja Katolik, liturgi yang baik mencerminkan kehidupan doa dan kehidupan harian yang sesuai dengan semangat Alkitab.
Melihat alur/benang merah Alkitab itu sendiri yaitu:
1. Melihat Tuhan dalam diri Yesus (Yoh 12:45).
2. Melihat Tuhan dalam sesama (Mat 25:31-46) - ini yang sering kita lupa lakukan dalam kehidupan rohani kita sehingga akhirnya kita masuk ke tempat siksaan yang kekal.
Dosa membuat hubungan kita dengan Kerajaan Allah terputus. Dosa adalah: kerjasama manusia dengan Iblis.
Dosa ada 3 macam:
1. Dosa pribadi.
2. Dosa sosial. Melanggar 10 perintah Allah bagian kedua (berkaitan dengan sesama, menyangkut masyarakat). Misalnya: berdusta, mencuri.
3. Dosa struktural. Merusak struktur kehidupan bermasyarakat. Misalnya: dalam bisnis, kita menyuap pejabat - itu merusak struktural, mental pegawai rusak akibatnya masyarakat kacau.
Karena manusia jatuh dalam dosa, maka Yesus diutus Allah Bapa untuk membangun kerajaan Allah, yaitu: membangun kerajaan kasih.
Kerajaan Allah
Pemerintahan Allah sebagai Raja
yang hendak dilaksanakan di sorga maupun di bumi.
Bukan soal makanan dan minuman,
tetapi soal kebenaran, damai sejahtera oleh Roh Kudus
(Kamus Alkitab; Rm 14:17)
Isi seluruh Kitab Suci/hukum pokok orang Kristen (Mrk 12:30-31) adalah:
1. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
2. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Jadi dalam menjalani kehidupan rohani harus seimbang, jangan sampai tanpa sadar kita dipalingkan oleh Iblis sehingga hanya mengasihi Allah saja - tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain seperti anak autis/idiot. Atau hanya mengasihi sesama saja, sehingga tanpa sadar melupakan Tuhan (humanisme sekularis/ ateis).
St. Agustinus membedakan 3 jenis cinta:
1. Cinta kepada Allah.
2. Cinta kepada sesama manusia.
3. Cinta kepada diri sendiri.
Tetapi seringkali dalam kehidupan sehari-hari pikiran kita dipengaruhi pikiran Iblis (semangat dunia), sehingga rumusan tersebut di atas diputar balik:
1. Cinta kepada diri sendiri.
2. Cinta kepada sesama manusia, kalau ingat.
3. Cinta kepada Allah, dimatikan.
Langkah-langkah agar hidup kita berkenan di hadapan Tuhan
1. Perlu pembimbing rohani, karena dia dapat membaca musuh-musuh terselubung di balik prilaku dan pilihan kita. Tidak ada orang suci tanpa guru. Kata guru bukan berarti ditiru dan digugu, tapi berasal dari kata Sanggawi (Srilangka) yang berarti: proses dari gelap pada terang.
2. Perlunya pendalaman iman.
3. Perlunya pemeriksaan batin setiap malam sebelum tidur.
4. Perlunya pengakuan dosa.
5. Perlunya retret/rekoleksi.
6. Perlunya bacaan-bacaan rohani.
7.Perlunya sesama kita: misalnya: anak/suami/pembantu/
pemulung/tukang becak dll. – sebagai suara Tuhan.
Tujuan terakhir kita membaca Alkitab/bacaan rohani adalah sehati dan sepikir dengan Yesus, yaitu: melakukan kehendak Allah dan menyelesaikan tugas-tugas yang telah diberikan kepada kita (Yoh 4:34).
Jika hidup kita (doa/lagu/tingkah laku) masih menggunakan semangat manusia lama yang masih egois dan tertutup, belum sesuai dengan semangat Alkitab, maka kita tidak dapat menikmati Kerajaan Allah baik di bumi maupun di sorga.
Maka dari itu marilah kita mohon rahmat Tuhan agar sadar, tahu dan mau untuk bersungguh-sungguh bertobat ... sehingga menjadi manusia baru.
Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman. Semua firman Allah adalah murni. Ia adalah perisai bagi orang-orang yang berlindung pada-Nya. Berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa (Rm 1:16-17; Ams 30:5; Ayb 5:17)
(Sumber: Warta KPI TL No. 52/VIII/2008; Renungan KPI TL Tgl 10 Juli 2008, Rm. FX Urotosastro Pr).