05.18 -
*Bunda Maria*
Pesta Berdasarkan Liturgi Gereja Katolik
Hari Raya Santa Perawan Maria, Bunda Allah - 1 Januari
Konsili Efesus tahun 431 dengan teguh mempertahankan ajaran yang benar, yaitu Maria adalah Bunda Allah (Theotokos), karena Yesus anaknya adalah sungguh-sungguh Allah. Hari Raya Santa Perawan Maria ditetapkan oleh Paus Pius XI pada hari ulang tahun ke 1500 Konsili Efesus tersebut.
Merayakan Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah juga berarti bahwa kita mengakui Yesus sebagai ‘sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh Manusia’. Kemuliaan Maria sebagai Bunda Allah adalah cerminan kemuliaan Anaknya, yaitu Yesus dan Penebus umat manusia.
Maria menerima kabar dari Malaikat Gabriel – 25 Maret
‘Salam engkau yang penuh rahmat, Tuhan sertamu, terpujilah engkau di antara wanita’. Demikianlah salam Malaikat Gabriel kepada Maria. Selanjutnya malaikat Allah itu berkata: ‘Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia, Yesus”.
Peristiwa Sabda menjadi daging berawal saat Maria menyatakan kesediaan dan persetujuannya kepada malaikat Gabriel, pembawa kabar gembira itu, dan semenjak itu pula Maria menjadi Bunda Allah.
Maria menyadari bahwa Tuhan memilih dia karena menganggap dia layak untuk menerima kabar gembira itu. Tetapi sebagai manusia, Maria masih tampak ragu-ragu akan makna kabar itu. Oleh karena itu, ia menanyakan lebih lanjut keterangan dari malaikat Allah itu: “Bagaimana hal ini mungkin terjadi…?” Dan ketika ia sudah merasa pasti akan makna kabar gembira malaikat itu, Maria berkata: “Aku ini hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut perkataanMu.”
Santa Perawan Maria mengunjungi Elizabet – 31 Mei
Ketika malaikat Gabriel membawa kabar gembira kepada Maria, ia menyampaikan juga kepada Maria peristiwa ilahi perkandungan Elizabet.
Malaikat Gabriel mengatakan bahwa Elizabet sedang mengandung seorang anak laki-laki pada usia tuanya. Bayi itu adalah Yohanes Pemandi, yang akan menjadi perintis jalan bagi Yesus, Juru Selamat yang dijanjikan Allah.
Maria segera bergegas ke pegunungan Yudea, ke kota Karem, tempat tinggal Elizabet dan Zakarias. Maria berangkat ke sana untuk melayani Elizabet.
Sebagaimana kata Injil, pertemuan itu merupakan suatu kegembiraan baik bagi Elizabet maupun anak yang dikandungnya. Dari mulut Elizabet keluarlah kata-kata pujian ini: “Terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?... Elizabet juga menyebut Maria sebagai Yang Berbahagia karena Maria percaya akan Sabda Tuhan yang disampaikan malaikat kepadanya. Maria tidak membantah kata-kata pujian Elizabet. Sebaliknya, dalam terang ilahi dilihatnya bahwa Tuhan mau menyelamatkan bangsa-bangsa melalui rahimnya yang kudus.
Oleh karena itu, Maria segera menjawab kata-kata pujian Elizabet dengan Magnifikatnya: ”Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya mulai sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia…”
Kira-kira Maria tinggal tiga bulan lamanya di rumah Elizabet saudaranya dan menolongnya dalam urusan rumah tangga menyongsong kelahiran anak yang dikandung Elizabet. Setelah itu, Maria kembali ke Nasaret.
Santa Perawan Maria Diangkat ke Sorga – 15 Agustus
Kita diajak Gereja untuk merenungkan perbuatan besar yang dikerjakan Allah bagi Maria, Bunda Kristus dan Bunda seluruh umat beriman.
Kita percaya bahwa Maria dipilih Allah sejak awal mula untuk menjadi Bunda Putera-Nya, Yesus Kristus. Untuk itu Allah menghindarkannya dari noda dosa asal dan mengangkatnya jauh di atas malaikat dan orang-orang kudus.
Gereja percaya bahwa Allah mengangkat Maria ke sorga dengan jiwa dan badan, karena peranannya yang luar biasa dalam karya penyelamatan dan penebusan Kristus.
Kebenaran iman ini dimaklumkan sebagai dogma dalam Konstitusi Apostolik Munificentissimus Deus oleh Sri Paus Pius XII (1939-1958) pada tanggal 1 November 1950.
Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria – 8 September
Mulanya pesta ini dirayakan di lingkungan Gereja Timur berdasarkan ilham dari tulisan-tulisan Apokrif pada abad ke 6; pada akhir abad ke 7, barulah pesta ini diterima dan dirayakan di dalam Gereja Barat Roma.
Pesta ini sesungguhnya menunjukkan betapa Gereja mengasihi dan menghormati Maria sebagai wanita yang punya peranan besar di dalam karya keselamatan Allah.
Setelah kejatuhan manusia, Allah menjanjikan seorang Penebus bagi umat manusia. Penebus itu adalah Anak-Nya sendiri.
Untuk maksud luhur itu Allah membutuhkan kerjasama manusia; Allah membutuhkan seorang perempuan untuk mengandungkan dan melahirkan Anak-Nya – setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan (Gal 4:4).
Maria telah ditentukan Allah sedari kekal untuk mengandung dan melahirkan Anak-Nya. Untuk itu ia suci sejak lahirnya dan diperkandungkan tanpa noda dosa asal.
Nama Tersuci Maria, Ibu Yesus – 12 September
Menurut Santo Bernadus, nama ‘Maria’ berkaitan dengan kata ‘Mare’ yang berarti ‘laut’. Nama ini kemudian diabadikan dengan menjuluki Maria sebagai ‘Stella Maris’ yang berarti Bintang Laut’ , sebagaimana dinyanyikan dalam hymne ‘Ave Bintang Laut, sungguh ibu Tuhan, dan tetap perawan, pintu gerbang sorga.’
Menurut pengalaman iman banyak orang saleh, orang yang mengalami berbagai kesusahan dan kegelisahan akan terhibur bila memandang bintang itu sambil menyebut nama Maria Bunda Yesus. Oleh karena itu nama manis ini dihormati umat di seantero dunia seperti yang sudah diramalkan Maria sendiri dalam Magnificatnya: ‘sesungguhnya mulai dari sekarang sekalian bangsa akan menyebut aku berbahagia’ (Luk 1:48).
Pesta Maria Dipersembahkan kepada Allah – 21 November
Maria diberkati oleh Tuhan sejak awal hidupnya. Ia menjadi kediaman Roh Kudus yang indah berseri karena hidup suci.
Terdorong oleh Roh Kudus Maria mempersembahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Ia melaksanakan kehendak Bapa dengan sempurna, dan menjadi Bunda Yesus Kristus. Maria sungguh bahagia, sebab ia mendengarkan Sabda Allah.
Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa – 8 Desember
Sesungguhnya, dogma Santa Perawan Maria Dikandung tanpa Noda Dosa adalah refrensi dalam Injil mengenai Bunda Maria dan peranannya dalam misteri keselamatan mengisyaratkan keyakinan ini
- Bunda Maria mengatakan kepada Juan Diego di Guadalupe tahun 1531 - Akulah Perawan Maria yang tak bercela, Bunda dari Allah yang benar, yang melalui-Nya segala sesuatu hidup…
- Bunda Maria mengatakan kepada St. Katarina Laboure (salah seorang suster Putri Kasih St. Vincentius a Paulo di Perancis) agar dibuat Medali Wasiat dan disebarkan ke seluruh dunia dengan tulisan – Maria yang dikandung tanpa noda dosa, doakanlah kami yang berlindung padamu (27 November 1830). Mereka yang memakainya akan menerima banyak rahmat jika memiliki kepercayaan.
- Paus Pius IX, Ineffabilis Deus 8 Desember 1854 - .… bahwa perawan tersuci Maria sejak saat pertama perkandungannya oleh rahmat yang luar biasa dan oleh pilihan Allah yang Mahakuasa karena pahala Yesus Kristus, Penebus umat manusia, telah dibebaskan dari segala noda dosa asal.
- Bunda Maria menampakan diri kepada St. Bernadet di Lourdes tahun 1858 – Akulah yang dikandung Tanpa Noda Dosa.
Semua manusia lahir di dalam belenggu dosa asal yang diwariskan Adam dan Hawa. Oleh karena itu, semua manusia dinyatakan ‘berdosa’ sejak lahir. Oleh karena warisan dosa asal itu melekat erat pada kemanusiaan kita – lebih cenderung melakukan dosa/kejahatan daripada kebajikan-kebajikan.
Maria adalah satu-satunya manusia yang dikecualikan Allah dari warisan Adam ini. Sesungguhnya dara murni ini adalah manusia biasa sama seperti kita; ia juga keturunan Adam. Sebagaimana kita, ia pun hidup di dalam dunia yang penuh dosa ini.
Namun ia punya keistimewaan yang tidak dimiliki siapa pun juga. Ia sudah sejak kekal ditentukan Allah untuk menjadi Bunda Putera-Nya, Sang Penebus dunia. Ia ditetapkan untuk melahirkan Yesus, anak Allah, dan karena itu sejak awal hidupnya, ia dipersiapkan untuk mengemban tugas luhur ini.
Melalui dialah, Tuhan menyalurkan rahmat penyelamatan-Nya kepada manusia. Tuhanlah sumber rahmat, sedang Maria hanyalah saluran-Nya. Sebagai saluran rahmat Allah bagi manusia, maka sudah selayaknya Maria itu penuh rahmat dan suci tak bercela. Demikian ia ditebus dengan cara yang paling sempurna: diperkandungkan tanpa noda dosa suci dan tak bercela di hadapan Allah.
Dalam rahim Maria, Perawan yang murni, Allah menemukan singgasana yang pantas bagi Putera-Nya. Melalui Maria kutuk dosa diganti dengan berkat bagi manusia.
Pesta Santa Perawan, Ratu Rosario – 7 Oktober
Ada sekian banyak peristiwa ajaib yang mendorong pimpinan tertinggi Gereja menghimbau bahkan mendesak umat berdoa Rosario untuk memohon perlindungan Bunda Maria atas Gereja dari segala rongrongan.
Peristiwa terbesar yang melatarbelakangi penetapan tanggal 7 Oktober sebagai tanda Pesta Santa Maria Ratu Rosario ialah peristiwa kemenangan pasukan Kristen dalam pertempuran melawan pasukan Islam Turki. Menghadapi pertempuran ini Paus Pius V menyerukan agar seluruh umat berdoa Rosario untuk memohon perlindungan Maria atas Gereja. Doa ini ternyata dikabulkan Tuhan.
Sebagai tanda syukur Paus Pius V (1566-1572) sejak tanggal 7 Oktober 1571 sebagai sebagai hari pesta Santa Perawan Ratu Rosario. Kemudian Paus Klemens IX (1667-1669) mengukuhkan pesta ini bagi seluruh Gereja di dunia. Dan Paus Leo XIII (1878-1903) lebih meningkatkan nilai pesta ini dengan menetapkan seluruh bulan Oktober sebagai Bulan Rosario untuk menghormati Maria.
Di setiap penampakan, Bunda Maria meminta kita untuk mendaraskan Rosario sebagai senjata ampuh melawan kejahatan dan sarana pembawa damai sejahtera. Dengan menggabungkan doa kita dengan doa Bunda Sorgawi, kita dapat memperoleh rahmat yang besar untuk menghasilkan pertobatan.
Santa Perawan Maria dari Lourdes - 11 Februari
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 11 Februari 1858. Bernadet Soubirous adalah seorang gadis desa yang sederhana, miskin dan buta huruf. Ketika ia sedang menggembalakan domba-domba bersama dua adiknya, Marie dan Yeanne, mencari kayu bakar di dekat gua Masabiele, Lourdes, Paris; Bernadet mengalami peristiwa ajaib: ia melihat seorang wanita yang sangat cantik berpakaian putih cemerlang; ikat pinggang berwarna biru langit; kerudungnya panjang hingga menyentuh kakinya; kedua telapak tangannya saling mengatup di depan dadanya, sementara sebuah rosario berkilau-kilauan tergantung pada lengannya berdiri di dalam lingkaran cahaya ajaib di mulut gua itu tersenyum manis dan tampak sangat ramah kepadanya. Dalam keheranan dan ketakutannya, ia merasakan suatu kegembiraan yang sungguh dalam. Tak lama kemudian wanita itu hilang dari pandangannya.
Pada tanggal 25 Februari, wanita cantik itu menampakkan diri lagi dan kali ini menyuruhnya minum dan membasuh mukanya. Tetapi dari manakah ia mendapatkan air untuk minum dan membasuh mukanya? Ia sendiri pun tidak membawa air dari rumah. Sumber-sumber air pun tak ada di bukit yang kering dan berbatu-batu itu. Ia bingung dan berdiri terpaku, lalu wanita itu menyuruhnya menggali tanah di depan gua itu. Belum seberapa dalam lubang galian itu, mengalirlah air dari lubang itu. Dengan air itu Bernadet membasuh mukanya dan minum. Tak lama kemudian wanita itu menghilang dari pandangannya.
Pada tanggal 25 Maret Bernadet kembali lagi ke gua itu dan ia menyaksikan lagi penampakan wanita cantik itu. Kali ini ia memberanikan diri untuk menanyakan nama wanita cantik itu. Jawab wanita itu: “Akulah yang dikandung tanpa noda dosa asal”.
Maria menampakkan diri sebanyak 18 kali dan berpesan agar semua orang Kristen berdoa untuk orang-orang berdosa agar mereka bertobat dari cara hidup yang sesat itu dan meminta agar di tempat itu didirikan sebuah gereja dan diadakan ziarah.
Beberapa tahun lamanya Bernadet banyak menderita, baik karena kecurigaan orang-orang yang tidak mau percaya, maupun oleh semangat serta perhatian yang berlebih-lebihan dari orang-orang yang percaya.
Namun ia menanggung semuanya itu dengan tabah dan sabar sambil tetap percaya pada Bunda Maria yang menjanjikan padanya kebahagiaan sorgawi.
Dalam situasi ini, penyakit asma yang sudah lama dideritanya kambuh lagi dan semakin parah. Akhirnya pada tahun 1879 ia meninggal dunia dalam usia 35 tahun. Jenasahnya tetap di simpan dalam biara Suster Karitas di Nevers di dalam sebuah peti kaca – jenasahnya itu tetap berada dalam keadaan utuh dan segar sampai sekarang.
Atas perintah Uskup Lourdes, kejadian ini diselidiki dengan seksama. Akhirnya tahun 1862, peristiwa penampakan ini dinyatakan benar dan sah. Pada tahun 1864 sebuah patung Maria ditempatkan di gua itu, dan pada tahun 1876 dibangunkan di situ sebuah gereja yang megah.
Setiap peziarah yang mengunjungi Lourdes sungguh merasakan suatu kedamaian jiwa dan kebahagiaan batin; banyak orang sakit yang berziarah ke sana sembuh secara ajaib.
(Sumber: Warta KPI TL No. 35/III/2007; Orang Kudus Sepanjang Tahun, Mgr. Nicolaas Martinus Schneiders, CICM).