21.08 -
*Kebajikan*
Kebajikan
Berbahagialah orang yang takut akan Tuhan, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikan tetap untuk selamanya.
Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap di dengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu (Flp 4:8).
Kebajikan dibedakan atas kebajikan manusiawi (Keb 8:7, ada 4) dan kebajikan ilahi (1 Kor 13:13, ada 3):
Kebajikan adalah suatu kecenderungan yang tetap dan teguh untuk melakukan yang baik. Ia memungkinkan manusia bukan hanya untuk melakukan perbuatan baik, melainkan juga untuk menghasilkan yang terbaik seturut kemampuannya.
Dengan segala kekuatan moral dan rohani, manusia yang berkebajikan berusaha untuk mencapainya dan memilihnya dalam tindakannya yang konkret.
Tujuan kehidupan yang berkebajikan ialah menjadi serupa dengan Allah (Gregorius dari Nisa)
Kebajikan manusiawi adalah sikap yang teguh, kecenderungan yang dapat diandalkan, kesempurnaan akal budi dan kehendak yang tetap, yang mengarahkan perbuatan kita, mengatur hawa nafsu dan membimbing tingkah laku kita supaya sesuai dengan akal budi dan iman.
Mereka memberi kepada manusia kemudahan, kepastian dan kegembiraan untuk menjalankan kehidupan moral secara baik.
Manusia yang berkebajikan melakukan yang baik dengan sukarela (KGK 1804)
Kebajikan moral diperoleh melalui usaha manusia. Ia adalah buah dan sekaligus benih untuk perbuatan baik secara moral; ia mengarahkan seluruh kekuatan manusia kepada tujuan, supaya hidup bersatu dengan cinta ilahi.
Empat kebajikan pokok merupakan poros kehidupan moral (Keb 8:7: (1) kebijaksanaan (2) keadilan (3) keberanian (4) penguasaan diri (menahan diri & berhati-hati).
Kebijaksanaan adalah kebajikan yang membuat budi praktis rela, supaya dalam tiap situasi mengerti kebaikan yang benar dan memilih sarana yang tepat untuk mencapainya.
Orang yang bijak memperhatikan langkahnya (Ams 14:15). Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa (1 Ptr 4:7). Ia tidak mempunyai hubungan dengan rasa malu atau rasa takut, dengan lidah bercabang atau berpura-pura.
Orang menamakan dia "auriga virtutum" [pengemudi kebajikan]; ia mengemudikan kebajikan lain, karena ia memberi kepada mereka peraturan dan ukuran.
Kebijaksanaan langsung mengatur keputusan hati. Manusia bijak menentukan dan mengatur tingkah lakunya sesuai dengan keputusan ini.
Berkat kebajikan ini kita menerapkan prinsip-prinsip moral tanpa keliru atau situasi tertentu dan mengatasi keragu-raguan tentang yang baik yang harus dilakukan dan yang buruk yang harus dielakkan.
Kebijaksanaan ialah budi benar sebagai dasar untuk bertindak (St. Tomas)
Keadilan sebagai kebajikan moral adalah kehendak yang tetap dan teguh untuk memberi kepada Allah dan sesama, apa yang menjadi hak mereka.
Keadilan terhadap Allah dinamakan orang "kebajikan penghormatan kepada Allah" (virtus religionis).
Keadilan terhadap manusia mengatur, supaya menghormati hak setiap orang dan membentuk dalam hubungan antar manusia, harmoni yang memajukan kejujuran terhadap pribadi-pribadi dan kesejahteraan bersama.
Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan; janganlah engkau membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili sesamamu dengan kebenaran (Im 19:15).
Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, kamu juga mempunyai Tuan di sorga (Kol 4:1).
Keberanian adalah kebajikan moral yang membuat tambah dalam kesulitan dan tekun dalam mengejar yang baik.
Ia meneguhkan kebulatan tekad, supaya melawan godaan dan supaya mengatasi halangan-halangan dalam kehidupan moral.
Kebajikan keberanian memungkinkan untuk mengalahkan ketakutan, juga ketakutan terhadap kematian dan untuk menghadapi segala pencobaan dan penghambatan. Ia juga membuat orang rela untuk mengurbankan kehidupan sendiri bagi suatu hal yang benar.
Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia (Yoh 16:33).
Penguasaan diri adalah kebajikan moral yang mengekang kecenderungan kepada berbagai macam kenikmatan dan yang membuat kita mempergunakan benda-benda duniawi dengan ukuran yang tepat.
Manusia yang menguasai diri mengarahkan kehendak indrawinya kepada yang baik, mempertahankan kemampuan sehat untuk menilai, dan berpegang pada kata-kata: Janganlah mengikuti setiap kecenderungan walaupun engkau mampu, dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsumu (Bdk. Sir 5:2; 37:27-31).
Janganlah dikuasai oleh keinginan-keinginanmu, tetapi kuasailah segala nafsumu (Bdk. Sir 18:30). Allah mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan dunia dan supaya kita hidup bijaksana adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini (Tit 2:12).
Hidup yang baik itu tidak lain dari mencintai Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan dengan segenap pikiran. Oleh penguasaan diri orang mencintai-Nya dengan cinta sempurna, yang tidak dapat digoyahkan oleh kemalangan apa pun (karena keberanian), yang hanya mematuhi Dia (karena keadilan) dan yang siaga menilai semua hal, supaya jangan dikalahkan oleh kelicikan atau penipuan (inilah kebijaksanaan) (St. Agustinus).
Kebajikan manusiawi yang diperoleh melalui pendidikan, melalui latihan, dan ketekunan dalam usaha, dimurnikan dan diangkat oleh rahmat ilahi.
Dengan bantuan Allah mereka menggembleng watak dan memberi kemudahan dalam melakukan yang baik. Manusia yang berkebajikan bergembira dalam berbuat baik.
Bagi manusia yang telah dilukai oleh dosa memang tidak mudah untuk mempertahankan keseimbangan moral.
Keselamatan yang dikaruniakan oleh Kristus memberi kita rahmat yang dibutuhkan supaya tabah dalam mengejar kebajikan.
Tiap orang harus selalu memohon rahmat terang dan kekuatan, harus mencari bantuan dalam Sakramen-sakramen harus bekerja sama dengan Roh Kudus dan mengikuti ajakan-Nya untuk mencintai yang baik dan bersikap waspada terhadap yang jahat.
Keselamatan yang dikaruniakan oleh Kristus memberi kita rahmat yang dibutuhkan supaya tabah dalam mengejar kebajikan.
Tiap orang harus selalu memohon rahmat terang dan kekuatan, harus mencari bantuan dalam Sakramen-sakramen harus bekerja sama dengan Roh Kudus dan mengikuti ajakan-Nya untuk mencintai yang baik dan bersikap waspada terhadap yang jahat.
Kebajikan manusiawi berakar dalam kebajikan ilahi, yang memungkinkan kemampuan manusia mengambil bagian dalam kodrat ilahi (2 Ptr 1:4).
Kebajikan ilahi langsung berhubungan dengan Allah. Mereka memungkinkan orang Kristen, supaya hidup dalam hubungan dengan Tritunggal Mahakudus. Mereka memiliki Allah yang Esa dan Tritunggal sebagai asal, sebab, dan obyek.
Kebajikan ilahi langsung berhubungan dengan Allah. Mereka memungkinkan orang Kristen, supaya hidup dalam hubungan dengan Tritunggal Mahakudus. Mereka memiliki Allah yang Esa dan Tritunggal sebagai asal, sebab, dan obyek.
Kebajikan ilahi adalah dasar, jiwa, dan tanda pengenal tindakan moral orang Kristen. Mereka membentuk dan menjiwai semua kebajikan moral.
Mereka dicurahkan Allah ke dalam jiwa umat beriman, untuk memungkinkan mereka bertindak sebagai anak-anak Allah dan memperoleh hidup abadi.
Mereka adalah jaminan mengenai kehadiran dan kegiatan Roh Kudus dalam kemampuan manusia.
Ada tiga kebajikan ilahi: (1) iman (2) harapan (3) dan kasih (1 Kor 13:13).
Mereka dicurahkan Allah ke dalam jiwa umat beriman, untuk memungkinkan mereka bertindak sebagai anak-anak Allah dan memperoleh hidup abadi.
Mereka adalah jaminan mengenai kehadiran dan kegiatan Roh Kudus dalam kemampuan manusia.
Ada tiga kebajikan ilahi: (1) iman (2) harapan (3) dan kasih (1 Kor 13:13).
Iman adalah kebajikan ilahi, olehnya kita percaya akan Allah dan segala sesuatu yang telah Ia sampaikan dan wahyukan kepada kita dan apa yang Gereja Kudus ajukan supaya dipercayai.
Karena Allah adalah kebenaran itu sendiri. Dalam iman "manusia secara bebas menyerahkan seluruh dirinya kepada Allah" (DV 5). Karena itu, manusia beriman berikhtiar untuk mengenal dan melaksanakan kehendak Allah.
Karena Allah adalah kebenaran itu sendiri. Dalam iman "manusia secara bebas menyerahkan seluruh dirinya kepada Allah" (DV 5). Karena itu, manusia beriman berikhtiar untuk mengenal dan melaksanakan kehendak Allah.
Orang benar akan hidup oleh iman. Iman yang hidup "bekerja oleh kasih" (Rm 1:17; Gal 5:6).
Harapan adalah kebajikan ilahi yang olehnya kita rindukan Kerajaan Sorga dan kehidupan abadi sebagai kebahagiaan kita, dengan berharap dengan janji-janji Kristus dan tidak mengandalkan kekuatan kita, tetapi bantuan rahmat Roh Kudus.
Marilah kita berpegang teguh kepada pengakuan tentang harapan kita, sebab yang menjanjikan setia (Ibr 10:23).
Allah telah "melimpahkan Roh Kudus kepada kita melalui Yesus Kristus, Juru Selamat kita, supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima kehidupan abadi, sesuai dengan pengharapan kita (Tit 3:6-7).
Allah telah "melimpahkan Roh Kudus kepada kita melalui Yesus Kristus, Juru Selamat kita, supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima kehidupan abadi, sesuai dengan pengharapan kita (Tit 3:6-7).
Kebajikan harapan itu sejalan dengan kerinduan akan kebahagiaan yang telah Allah letakkan di dalam hati setiap manusia.
Ia merangkum harapan, yang menjiwai perbuatan manusia: ia memurnikannya, supaya mengarahkannya kepada Kerajaan Sorga; ia melindunginya terhadap kekecewaan; ia memberi kemantapan dalam kesepian; ia membuka hati lebar-lebar dalam menantikan kebahagiaan abadi.
Semangat yang harapan berikan, membebaskan dari egoisme dan mengantar kepada kebahagiaan cinta kasih Kristen.
Ia merangkum harapan, yang menjiwai perbuatan manusia: ia memurnikannya, supaya mengarahkannya kepada Kerajaan Sorga; ia melindunginya terhadap kekecewaan; ia memberi kemantapan dalam kesepian; ia membuka hati lebar-lebar dalam menantikan kebahagiaan abadi.
Semangat yang harapan berikan, membebaskan dari egoisme dan mengantar kepada kebahagiaan cinta kasih Kristen.
Harapan Kristen dibentangkan langsung pada awal kotbah Yesus dalam sabda bahagia. Ia mengungkapkan diri dalam dan dikuatkan oleh doa, terutama Doa Bapa Kami.
Pengharapan tidak mengecewakan, bersukacitalah; sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita (Rm 5:5; 12:12; Ibr 6:19).
Kasih adalah kebajikan ilahi, dengannya kita mengasihi Allah di atas segala-galanya demi diri-Nya sendiri dan karena kasih kepada Allah kita mengasihi sesama seperti diri kita sendiri.
Yesus membuat kasih menjadi suatu perintah baru (Yoh 13:34). Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu, tinggallah didalam kasih-Ku (Yoh 15:9).
Tuhan menghendaki agar kita mengasihi musuh-musuh kita menurut teladan-Nya (Mat 5:44), menunjukkan diri kita sebagai sesama kepada orang yang terasing (Luk 10:27-37), dan mengasihi anak-anak (Mat 5:44) dan kaum miskin (Mat 25:40-45). Melalui kasih satu sama lain para murid mencontoh kasih Yesus, yang mereka terima dari Dia.
Tuhan menghendaki agar kita mengasihi musuh-musuh kita menurut teladan-Nya (Mat 5:44), menunjukkan diri kita sebagai sesama kepada orang yang terasing (Luk 10:27-37), dan mengasihi anak-anak (Mat 5:44) dan kaum miskin (Mat 25:40-45). Melalui kasih satu sama lain para murid mencontoh kasih Yesus, yang mereka terima dari Dia.
Kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain, bersukacita karena kebenaran, menutupi segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu (1 Kor 13:4-7).
Kasih melebihi segala kebajikan, ia adalah kebajikan ilahi yang paling utama (1 Kor 13:13). Kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan (Kol 3:14); ia adalah pembentuk kebajikan; ia menentukan dan mengatur kebajikan-kebajikan; kasih Kristen mengamankan dan memurnikan kekuatan kasih manusiawi kita. Ia meninggalkannya sampai kepada kesempurnaan adikodrati, kepada kasih Allah.
Kasih melebihi segala kebajikan, ia adalah kebajikan ilahi yang paling utama (1 Kor 13:13). Kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan (Kol 3:14); ia adalah pembentuk kebajikan; ia menentukan dan mengatur kebajikan-kebajikan; kasih Kristen mengamankan dan memurnikan kekuatan kasih manusiawi kita. Ia meninggalkannya sampai kepada kesempurnaan adikodrati, kepada kasih Allah.
Kehidupan moral yang dijiwai oleh kasih memberi kepada orang Kristen kebebasan anak-anak Alah. Di depan Allah ia tidak lagi bersikap sebagai seorang hamba dengan ketakutan yang merendahkan dan juga bukan sebagai seorang buruh harian yang ingin dibayar, melainkan seorang anak, yang memberi jawaban kepada kasih dari Dia, yang "lebih dahulu mengasihi kita" (1 Yoh 4:19).
Buah kasih adalah kegembiraan, perdamaian, dan kerahiman; kasih menghendaki kemurahan hati dan teguran persaudaraan; ia adalah perhatian, ia ingin memberi dan menerima, ia tanpa pamrih dan murah hati, ia adalah persahabatan dan persekutuan.
(Sumber: Warta KPI TL No.118/II/2014 » KGK 1803-1829).